Senin, 08 Desember 2014

Teman Kos Gue

Kala itu anak anak yang dilantai atas lagi pulang ke jakarta, sisa gue
sama edi. pagi ini dia janji belajar bareng, untuk final seminggu lagi.
kita sering belajar bareng karena kita ambil jurusan yang sama.
Sebenarnya udah lama gue suka perhatiin edi, orangnya tinggi sedikit
dari gue, dan karena gemar olah raga, punya pundak yg lebar, dada
berisi, pokoknya susah untuk tidak diperhatikan. pagi pagi gue udah
mandi, dan dengan sepelintir handuk di pinggang, gue langsung ke kamar
edi untuk ngebanunin dia. pas gue masuk, kamarnya gelap, soalnya gorden
belon dibuka, dalam remang2 kamar gue perhatiin mukanya dia. matanya
yang masih tertutup, bibirnya yang setengah terbuka, sungguh
erotis.apalagi diabiasa hanya memakai celana dalam dan singlet
membungkusnya kalo lagi tidur. terlihat bahwa celana dalam putihnya saat
itu sedang menjendol, menahan ISInya yang sedang 'bangun'. tiba tiba dia
membuka matanya. gue kaget. dan buru buru pura pura mau ngebangunin dia.
"Di, baru aja gue mau bangunin. cepet sana udah siang"
"Waduh, gue baru aja mimpi asyik. eh elo bangunin lagi" sahutnya dengan
suaranya yg basah karena baru bangun."gue mimpi lagi diisep sama orang"
gue mikir dalam hati, sini gue aja yang isep. dengan rela hati. tapi gue
juga berharap kalo dia mau diisep. gue naek ke atas ranjangnya sambil
pura pura mau membuka horden yg berada tepat disebelah kasurnya. "bangun
gih, udah terang tuh" lutut gue, gue taruh tepat diantara kedua kakinya.
sentuhan kulitnya yang hangat dengan kaki gue buat gue jadi terangsang juga.
Tiba tiba edi ngerapetin kakinya, menjepit salah satu kaki gue yang ada
diantara selangakangannya. wah gue tambah engga tahan, ngerasain kulit
hangatnya ngelilingin kaki gue. gue nyeletuk sambil berharap dia bakal
bilang iya "apa perlu gue isep dulu kontol elo" pas gue liat mukanya dia
tersenyum nakal, tapi tatapan matanya serius, sambil tangannya mengelus
'tenda' celana dalamnya itu.

Kesempata nih gue pikir. gue mulai merebahkan diri, menaruh badan gue
tepat diatas tubuhnya. mata gue tetap ngeliatin mukanya. matanya edi pun
terpejam, tanda ia merestui apa yang akan gue lakukan. gue jilatin
udelnya, sambil dada gue menindih kontolnya yang hangat itu.

Dia tampak menikmati. Ya udah tangan gue pun mulai menyibak singletnya,
dan menggrayangi dadanya. pentilnya gue jilatin, cium dan isep. dia
tetap memejamkan mata, sambil tangannya memeluk pantat dan punggung gue.

Gue bergerak keatas. tubuh gue sekarang benar benar sejajar menindihi
tubuhnya. gue jilat kupingnya. sentuhan leher gue ke dia serta kulit
seluruh badannya yg hangat sungguh buat gue teranggsang. dia
menghembuskan nafas yg hangat ke belakang leher gue, seakan menyatakan
rasa puasnya. lalu gue pun mulai kembali ke daerah bawah.

Sesuai dengan janji gue untuk ngisep kontolnya. gue lucutin kancutnya
yang putih itu. dan kontolnya yang udah bangun dari tadi pun mengangguk
angguk. edi pun mulai menggeliat, seolah engga tahan untuk menunggu. gue
jilatiin dulu kontolnya hingga ke ujung. dan gue mulai mengulum,
mengisap kontolnya yang hangat dalam mulut gue. edi menggeliat terus.
menghenduskan nafas panjang, sambil mengelus kepala gue yang naik turun
diatas kontolnya itu. setelah memuncak.

Crrrreeettttt, crrrreeettttt. krim putih pun keluar dari kontolnya.
ngebasahin sebagian muka gue. gue pun menelan sebagian krim itu. sambil
tersenyum puas. gue merebahkan diri gue disamping sambil memeluknya. si
edi pun menawarkan untuk mencolikan gue. gue dan edi bersebelah belahan
sambil dia mencoli kan kontol gue yang udah penuh itu.

wah itu pengalaman yang sangat tidak terlupakan

Selasa, 25 November 2014

dientot pekerja bangunan

"AAHH.. OOHH.. UUHH.." erangnya.
"Hhohh.. Aahh.." desahku saat kubiarkan dia memelukku lagi. Lalu kini gantian saya yang berbicara.
"Oohh.. Yaa.. Gue pengen dingentot.. Aahh.. Gue pengen berhomoseks ama abang.. Oohh.. Tolong ngentotin gue, Bang.. Hhoosshh.. Kontol abang.. Aahh.. Gede sekali.. Gue suka kontol.. Aahh.."

Sengaja kujilati leher dan telinganya. Reaksinya, sekujur tubuhnya seakan-akan tersengat listrik.

"Oohh.. Gue suka badan abang.. Oohh.. Gue mau menyepong kontol abang.. Aahh.. Boleh kan?"

Tanpa bicara, abang itu mendorong tubuhku turun. Dengan senang hati, saya berlutut dan menyembah kontolnya. Bagiku kontolnya sangat indah sekali. Kepalanya besar dan mengkilat bagaikan buah ceri. Batangnya yang panjang nampak kokoh, menyatu dengan tubuhnya. Sedangkan kedua bola pelernya menggantung-gan
tung dengan sensual. Ah, saya tidak tahan lagi. Saya harus mencicipi kontolnya! Tanpa takut ataupun ragu, kupegangi bola pelernya dan mulai kuperas-peras seraya kutarik-tarik. Saya bayangkan bahwa bola pelernya seperti pegangan pompa air. Jika saya menarik bolanya, maka kontolnya akan menyemburkan pejuh segar untukku.

Abang itu mendesah-desah keenakkan saat kuremas-remas bola pelernya. Kepalanya ditengadahkan dan matanya terpejam rapat-rapat, menikmati sentuhan tanganku yang hangat. Berhubung kepala kontolnya nampak sangat menggoda dan indah, sebelum kusedot, saya mencium-cium kepala kontol itu terlebih dahulu. Baru kemudian, kutelan kontolnya, seluruhnya.

"AAMM.."

SLURP! SLURP! Rasa precumnya langsung menyerang lidahku, asin-asin nikmat. Saya berusaha menjilat-jilati bagian bawah kepala kontolnya dan memastikan bahwa dia mengerang lagi. Kemudian, kumain-mainkan lubang kontolnya. Kontolnya terangsang dan lebih banyak precum dikeluarkan.

"Aahh.. Oohh.. Yyeess.. Sedot terus.. Aahh.. Sedot kontol gue.. Aahh.,.. Hhoosshh.. Sedot terus.. Aahh.. Jangan stop.. Aahh.. Loe hebat banget.. Aahh.."

Menyedot kontol memang bukan masalah sebab saya sudah sering menyedot kontol cowok. Saya memang sangat memuja kontol. Bahkan di laciku ada sebuah dildo (kontol palsu) yang sering kucium sebelum saya tidur. Dari semua kontol yang pernah kusedot, kontol abang itulah yang paling enak! Kepalanya pun terasa licin dan enak di lidah. Apalagi dia baik sekali, menghadiahkanku precum banyak sekali. Saya sampai kewalahan menyedot precumnya. Enak banget.

"MMPPHH.. MMPPHH.. MM.." Saya hanya mampu bersuara seperti itu, dengan kontol abang itu menyumbat mulutku. SLURP! SLURP!

Abang itu mengerang semakin keras dan dia mulai ingin mengendalikan permainan. Kini dialah yang pro-aktif. Kontolnya disodok-sodokkan ke dalam mulutku seperti gerakan orang ngentot. Namun saya bersikeras untuk menyedotnya, maka pertarungan pun terjadi. Mulutku sering kali bertabrakkan dengan kontolnya. Dia ingin mengentot mulutku dan saya ingin menyedot kontolnya. Sampai akhirnya dia pun tiba pada puncak kenikmatannya.

Dengan melenguh panjang bak kerbau, kontol abang itu mengembang dan mulai menembak-nembakkan pejuh ke dalam mulutku. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Langsung saja kusedot dan kutelan semua pejuhnya itu. Mm.. Sungguh nikmat! Pejuh terlezat yang pernah kutelan. Rasa asin, pahit, dan manisnya bercampur dan terasa pas di lidah. CCRROTT!! CCROOTT!! Sementara itu, abang itu terus saja mengerang-ngerang sampai pejuhnya habis terkuras di dalam mulutku.

"AARRGGHH!! UUGGHH!! ARRGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!" Tubuhnya terkulai lemas, namun masih sanggup berdiri. Setelah kontolnya bersih kujilati, baru kulepaskan kontolnya dari mulutku. Setetes pejuhnya menempel di bibirku namun langsung kujilat habis. SLURP!

"Abang masih kuat? Sebab gue masih belum dientot dan gue kepengen banget dientot. Ayolah, Bang. Ngentot yach?" mohonku sambil menunggingkan pantatku dan memain-mainkan lubang anusku dengan jariku.

Saya merasa sangat rendah seperti pelacur, namun saya tak dapat menyangkal hasrat birahi homoseksualku untuk abang itu. Pokoknya abang itu harus menancapkan kontolnya di anusku! Abang itu hanya tersenyum mesum melihat kelakuanku. Lalu tanpa bicara, dia langsung menarik tubuhku.

Sebelumnya saya sedang menungging dengan pantatku menghadap wajahnya. Abang itu menarikku ke arahnya, tepat ke kontolnya! Kontol abang itu besar sekali, tapi saya tidak takut. Malah saya mengharapkan kontol itu untuk merusak anusku. Saya ingin disodomi! Saya ingin dingentot! Saya ingin berhomoseks! Ngentotin saya! Dan abang itu pun mengentotin pantatku.

Sambil memelukku dari belakang, abang itu menusuk-nusuk lubang anusku dengan kontolnya. Butuh beberapa saat sampai kontolnya akhirnya berhasil masuk dan membenamkan dirinya. PLOP! Aahh.. Hangat sekali kontolnya. Abang itu meraba-raba tubuh bagian depanku, terutama dada dan putingku. Tak lupa juga dia mengerjain kontolku yang sudah belepotan precum. Kami terbakar nafsu dan kami akan segera terbakar hangus.

"AARRGGHH!!" erangku saat dia mulai menggenjot pantatnya.
"AARRGGHH!! AAHH!! sakit sekali, Bang! AARRGGHH..!! Ayo, terus! AARRGGHH!! ngentot yang keras.. AAHH.. OOHH!!" Meskipun sakit, kupaksakan diriku karena saya memang butuh kontol.
"AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!!"

Eranganku semakin menjadi-jadi saat abang itu semakin membabi-buta dengan ngentotnya. Lubang anusku dipaksa untuk mengakomodasi kontolnya yang gemuk. Belum pernah ada kontol sebesar itu masuk menginvasi anusku.

"AARRGGHH!!" erangku lagi.
"Oohh.. Aahh.. Hhoohh.. Oohh.. Hhoosshh.." napas abang itu menderu-deru seperti banteng ngamuk.

Matanya tertuju pada punggungku, serius sekali. Wajahnya sedikit meringis menahan rasa sakit akibat kontolnya harus dipaksakan masuk ke lubang sesempit anusku. Namun dia juga puas dan memaksakan dirinya. Kontolnya terus menerus memompa lubangku bagaikan kerja mesin yang tiada henti. Seiring dengan sodokannya dia selalu menyuarakan erangannya.

"AARGGH!! AARRGGHH!! AARGHH!! AARRGGHH!!" Cairan precum semakin banyak dikeluarkan kontolnya, melumasi jalan masuk ke anusku. Kontolnya kurasakan berkedut-kedut dengan gairah.
"Aahh.. Oohh.. BANGSAT! aahh.. Ketat banget pantat loe.. Aahh.."

Dengan memegangi pundakku, abang itu menyodomiku makin keras. Semakin lama, tubuh kami saling terguncang akibat sodokan kontolnya yang maha dahsyat.

"AAHH.."

Syaa terpaksa harus mengocok kontolku sendiri karena abang itu telah berhenti mengerjai kontolku. Tanpa ampun, saya remas dan saya kocok kontolku, memaksaku untuk ngecret secepat mungkin. Nafsu birahiku semakin tinggi dan terlihat apd akontolku yang semakin ngaceng. Rasanya nyaris sakit, sebab kontolku butuh pelepasan dengan ngecret.

"AARRGGHH!!" erangku.
"Ngentot terus.. AAHH.. OOHH.. Ngentot! aahh.. Negntot terus! oohh..!!"

Kontolku mulai berkedut-kedut, pertanda orgasmeku mendekat. Demikian pula dengan kontol abang itu, juga mulai berkedut-kedut. Kami akan ngecret!

"AARRGGHH!! BANGSAT! Gue bakal ngecret! AARRGGHH!! Terima pejuh gue!! AARRGGHH!!" Dengan itu, abang itu pun mendorong kontolnya sedalam mungkin dan terjepit di dalam tubuhku.
"AARRGGHH!!" Kontolnya akhirnya meledak, memuncratkan pejuh berliter-liter.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Sementara itu, dia terus-menerus mengerang-ngerang dan menggeliat-geliat, mirip orang kesakitan.

"AARRGGH!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!! UUGGHH!!"

Sungguh pria yang sangat jantan, pejuhnya terasa sangat penuh sampai-sampai saya merasa seakan-akan pejuhnya akan keluar lewat hidungku. Rasanya pun hangat; sekujur tubuhku menghangat dan rasanya sungguh nyaman.

Lalu tibalah giliranku..

"AARGGHH!!" Tubuhku mengejang-ngejang seperti kuda liar lalu kontolku memuntahkan isinya. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku muncrat banyak sekali, membasahi tubuhku dan juga lantai.
"AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!" Orgasme menyiksa tubuhku dan saya harus menggeliat-geliat, menahan kenikmatan.

Abang itu lengah dan kontolnya pun terlepas. PLOP! Seiring dengan itu, banjir pejuh langsung mengalir dari luabng anusku yang menganga. Bayangkan saja tampangku pada saat itu. Pejuh keluar dari kontolku dan lubang pantatku. Lantai kamarku kotor sekali. Saya lalu terjatuh ke lantai, lemas sekali. Tubuhku bermandikan keringat dan pejuh. Sementara itu abang ganteng itu menundukkan badannya dan menciumiku. Tangannya menepuk pantatku. Kudengar dia bersiul.

"Wah, lobang pantat loe menganga terbuka, kayak angka nol." Dia pun tertawa dengan leluconnya sendiri.
"Abang suka ama lobang pantat gue?" tanyaku, membalikkan tubuhku dan memandangnya.

Astaga, saya berharap saya dapat menjadi kekasihnya. Tubuhnya, wajahnya, suaranya, dan kontolnya, semuanya saya suka. Namun apakah dia akan mencintai seorang cowok Cina seperti diriku? Kontolku kembali berdiri dan berkedut-kedut saat pikiranku melayang membayangkan abang itu dan saya naik ke atas ranjang pelaminan sebagai sepasang pengantin homo.

"Ya, Abang suka banget ama loe. Dan kalo boleh, Abang pengen ngentotin loe lagi," katanya, menciumi leherku dengan bernafsu.

"Astaga? Lagi?", pikirku. Namun saya senang, akhirnya saya menemukan pria yang bisa mengimbangi nafsu seks-ku. Kami berdua sama-sama suka berhomoseks. Dan kami pun kembali ngentot. AARRGGHH!! Kurasakan lubang pantaku semakin besar, di-bor oleh kontolnya. Kuharap anusku bisa sembuh dan tidak menganga seperti angka 0 untuk selamanya

Minggu, 31 Agustus 2014

Bercinta Hebat dengan Guru SMA-Ku

Ini awal kisah gay ku. Kejadiannya sekitar tahun 2001. Saat itu aku masih
kelas 1. Masih murid baru tepatnya. Begini ceritanya.
Aku awalnya kaget mendengar nama ku disebut sebagai salah satu siswa
dengan nilai tertinggi saat mengikuti ujian masuk SMA. Aku urutan kedua
saat itu. Dimana Rico merupakan posisi pertamanya. Setelah masuk kelas,
seorang guru masuk dengan santainya. Dengan wajah putih penuh senyum dia
menyapa kami semua. Namanya Pak Chandra. Dia ternyata adalah wali kelas
kami yang terpilih. "Mhmh, perkenalkan. Saya Chandra, guru olahraga
disini. Saya adalah wali kelas kalian .. !", ungkapnya. "Mhmh. Pantesan
ototnya keren, guru olahraga ternyata .. !!", gumamku dalam hati. "Kalian
kalo ada masalah ungkap saja ama saya. Jangan sungkan-sungkan. Ada
pertanyaan ?", sambungnya. Seorang gadis tiba-tiba mengangkat tangannya.
"Nama saya Nia, Pak ! Saya mau tanya, apa bapak sudah married ?", Nia
bertanya tanpa malu-malu. Seluruh kelas langsung riuh karena pertanyaan
nyentrik dari Nia. "Saya masih Single. Sekarang juga belum punya pacar.
Jadi, I'm Single n Jomblo !", jawab Pak Chandra sambil tersenyum malu.
Acara perkenalan itu berlangsung lama hingga bel istirahat pun berbunyi.
Kejadian ini terjadi sekitar 2 bln kemudian. Saya mulai dekat dengan Pak
Chandra karena saya ditunjuk oleh teman-teman untuk menjadi ketua kelas.
Jika dilihat dari penampilan, saya memang termasuk bocah yang atletis.
Tinggi saya 175 cm dengan berat 64 kg. Perut saya juga ramping dan sangat
sexy. Saya jauh dari kesan sissy yang merupakan bukti otentik bahwa
seseorang itu gay. Saat itu saya di sekolah hingga sore hari. Setelah
membawa absen ke ruang tata usaha, saya menuju ke ruang guru untuk pamitan
ke Pak Chandra. Secara dah jam 4. Jika bukan gara-gara ulangan Olahraga,
saya ga bakalan sampe sore di sekolah. Ruang guru sangat hening saat itu.
Yang aku liat cuman tukang sapu sekolah yang lagi bersihin lapangan basket
yang sangat luas. Keringatnya bercucuran. "Kasian !!", pikirku. Aku lalu
melanjutkan langkahku ke ruang guru. Lalu aku terkaget dengan suara
desahan dari dalam kamar mandi. Dengan pelan-pelan kudekatkan kepalaku ke
arah kamar mandi. Saya terkaget setengah mati. Ternyata yang di dalam
sedang mendesah adalah Pak Chandra yang sedang onani alias coli. Bajunya
diangkat sampai ke dada sedangkan celana olahraga yang ia kenakan
diturunkan samapi lutut. Saya menikmati pemandangan itu. Tampak punggung
nya yang saksi sedang berkeringat. Pantatnya yang montok. Akh. Aku menelan
ludahku. Tanpa sengaja aku menyenggol pintu tua yang merupakan pintu wc
sehingga menimbulkan bunyi yang agak sedikit ribut. Pak Chandra kaget
setengah mati. Dia lalu merapikan dirinya. Dia keluar dan melihatku. "Maaf
Pak .. !!", ujarku dengan suara terbata-bata. "Ga pa pa. Dari tadi kamu
disini ?", tanya pak Chandra. "Iya Pak !", jawabku lagi. "Jadi kamu liat
bapak tadi lagi apa ? Mhmh. Hehe. Bapak jadi malu. Tapi pasti kamu biasa
koq ngelakuin ini. Secara cowok normal kan ?", bela Pak Chandra. "Iya
Pak", jawabku gugup. "Tapi Bapak pernah cobain sesuatu ga Pak ?", sambung
ku dengan suara agak sedikit bernafsu. "Apaan ?", tanya Pak Chandra
penasaran. "Ini Pak,..!!", jawabku sambil memegang kontol Pak Chandra yang
menonjol dan masih menegang di dalam celana bolanya. "Abi, .. Kamu, ...
Akh ... !!", Pak Chandra mulai tampak menikmati permainan tanganku. Lalu
Pak Chandra tiba-tiba mencium ku dengan hebat. Mhmh. Nikmatnya tiada tara.
Bibirnya beradu dengan bibirku. Tanganku tak berhenti memegang kontolnya
yang besar. Dada nya yang bidang juga tidak luput dari tanganku. Dia lalu
memegang kontolku juga. Akh, nikmat sekali. Kubuka bajunya, dia pun
membuka bajuku. "Ini pertama buat saya Bi .. !", ujarnya kepadaku. "Ini
juga pertama buat saya Pak. Tapi kita enjoy aja. Anggap saya ceweknya
Bapak ... !", jawabku santai sekarang. Kuturunkan wajahku dan kujilat
kontol Pak Chandra. Saking gedenya ntu kontol, aku sering kali
tersedak-sedak. "Kontolnya gede banget Pak. Abi suka !!!", jawabku sambil
nyepong kontol Pak Chandra. Lalu tiba-tiba Pak Chandra mengangkat tubuhku.
"Aku udah ga tahan Bi. Kamu yang minta saya perlakukan sebagai pcar
cwekku..!",ujarnya. Aku lalu dibuatnya tengkurap. Dia lalu mengelus-elus
pantatku. "Izinkan Bapak mencoba lubang nikmatmu Bi", katanya sopan tapi
dengan suara mendesah. "Iya Pak !", jawabku singkat. Aku belum mengetahui
gimana rasa nya disodomi. Apalagi dengan kontol besar seperti itu. Namun
nafsu masih menguasai ku. Kurasakan kepala kontol Pak Chandra sudah mulai
mengambil ancang-ancang di depan lobang pantatku. Sedikit demi sedikit dia
coba masukkan. "Sakit Pak,..!!", keluhku ketika kepala kontol Pak Chandra
masuk di lubang anusku. "Sabar ya ... Dikit lagi .. ", kata Pak Chandra
sambil mencium bibirku. Sampai akhirnya kontol besar itu masuk ke dalam
sepenuhnya. "Akh,...", keluhku sakit. Pak Chandra lalu menciumku agar
suara bisingku tidak terdengar sampai diluar oleh tukang sapu. Sedikit
demi sedikit Pak Chandra mulai menggoyangkan kontolnya di dalam lubangku.
"Akh,..", desahku nikmat. "Gimana ? Kamu mulai suka kan ?", tanya Pak
Chandra dengan senyuman manisnya. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Pak
Chandra pun mengentotku dengan penuh semangat. Hampir selama setengah jam
pantatku diobok-obok oleh Pak Chandra. Sakit namun nikmat. Itu yang
kurasa. Akh. Setelah beberapa saat, Pak Chandra pun mengeluarkan
spermanya. "Saya buang di dalam ya Bi,.. Dah nanggung seh enaknya ..",
pintanya. "Iya Pak...!!", jawabku. Lalu,..Crot..Crot,..Crooot.. Sperma Pak
Chandra pun melesat masuk ke dalam pantatku. Hangat dan nikmat. Akh. Pak
Chandra lalu mencium ku dan mengucapkan terima kasih karena telah
memberinya pengalaman baru. "Makasih ya Bi, ini pertamanya saya bercinta
dengan cowok. Enak banget. ", seru Pak Chandra. "Iya Pak. Makasih juga
udah mengobok-obokku pantatku...", jawabku dengan senyum puas. Sambil
tertawa kami pun mulai memakai pakaian kami lagi. "Muach..Besok-besok,
kalo bapak mau lagi, saya bakal hubungin kamu,..!!", kata pak Chandra lalu
pergi meninggalkanku ke kamar mandi tempatnya coli tadi. Aku hanya bisa
tersenyum puas sambil mengangguk mengiyakan permintaannya. Tak sabar
rsanya aku menunggu percintaan kami berikutnya. Oh, Pak Chandra...!

--
Using Opera's mail client: http://www.opera.com/mail/

Sabtu, 19 April 2014

Diperkosa sakit tapi enak

Dulu saat aku kelas 1 SMA, aku mempunyai banyak teman, dari yang lebih tua
sampai yang lebih muda umurnya. Aku mempunyai seorang teman yang bernama
Andi, entah kenapa aku sangat tertarik kepadanya. Memang sejak aku SMP aku
suka sekali onani sampai klimaks. Dan Andi pun menceritakan bahwa hingga
sekarang pun dia suka onani (setiap kali kalau sedang mandi, katanya).
Kami berteman cukup lama. Dan aku selalu menyimpan perasaan suka itu.
Awal mulanya begini, kami berdua masuk suatu organisasi (bukan organisasi
terlarang), dan diadakan acara di sekolah, kami semua menginap di sekolah.
Acara itu diadakan pada sore hari. Dan pada saat mau tidur, aku dan Andi
tidak bisa tidur. Kami ngobrol dan bercanda di ruangan sebelah yang agak
jauh dari ruang tidur anak-anak yang lainnya. Entah kenapa benda panjang
milikku waktu itu berdiri tegak terus. Andi pun menanyakan apa yang
kupikirkan sehingga kemaluanku berdiri tegak. Dia pun merabanya, walaupun
aku masih mengenakan baju lengkap. Aku juga meraba rudalnya yang masih
terbungkus celana pendeknya.

Org Realitas
United States

Reply »|Report Abuse|Judge it!|#2Mar 23, 2013



Di ruangan yang gelap itu, aku pun membuka bajuku satu-persatu, mulai dari
kaos dan celana pendekku. Dan Andi pun mulai membuka semua pakaiannya dan
ternyata ia sudah telanjang bulat dengan batang kemaluan yang setengah
tegang. Bulu kemaluannya waktu itu sudah terlihat mulai lebat. Saat itu
aku belum membuka celana dalamku, dan batang kejantananku sudah berdiri
sangat tegaknya karena ditambahnya pemandangan tubuh telanjang Andi.
Lalu Andi pun membatuku membukakan celana dalamku. Dia berlutut di depan
batangku yang mengeras. Andi sedikit tertawa melihat ke arah batang
kejantananku, karena ia tidak melihat adanya bulu kemaluan di sekitar
benda pusakaku, karena memang kemarin harinya aku sengaja mencukurnya
sampai habis. Dengan demikian terlihatlah batang kejantanankuyang besar.
Berdiri tegak dengan sempurna sampai sedikit berdenyut. Memang saat itu
yang lebih bergairahadalah Andi, karena aku sengaja diam saja untuk
melihatreaksinya. Ternyata sadis sekali pemandangan itu.
Lalu ia pun langsung menyuruhku duduk di kursi dan ia pun mengulum batang
kejantananku, dan wah.. nikmat sekali. Andi memainkan senjataku dengan
lidahnya di dalam mulutnya dan semakin nikmat aku merasakannya. Disedotnya
burungku dengan kuatnya, dan aku hanya bisa terpejam merasakan nikmatnya
kuluman Andi. Kurang lebih 15 menit kemaluanku dimainkan Andi. Aku pun
merasakan bahwa aku akan mencapai puncaknya. Lalu Andi mengeluarkan batang
kejantananku dari mulutnya dan ia mengocok kembali rudalku dengan
tangannya dan, "Crrott.. crott..!" keluarlah cairan putih kental dari
dalam kemaluanku dan aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Org Realitas
United States

Reply »|Report Abuse|Judge it!|#3Mar 23, 2013



Pagi itu, saya sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat
tinggalku untuk mencari angin pagi. Seperti biasa, sambil berjalan,
kusapukan pandanganku mencari laki-laki ganteng untuk mencuci mata.
Sesosok tubuh pria pribumi bertelanjang dada menangkap perhatianku.
Tubuhnya terlihat sangat bagus dari belakang. Memang tidak sebagus tubuh
binaragawan, namun tetap saja menggiurkan. Pokoknya cocoklah kalau dia
memutuskan ingin menjadi model sampul majalah fitness pria. Warna kulitnya
agak gelap, namun dengan tubuh seseksi itu, dianampak semakin menarik.
Otot-otot punggungnya terbentuk lumayan, nampaknya dia adalah seorang
tukang bangunan atau semacamnya.

Sesekali, dia menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tanpa sengaja
memberiku kesempatan untuk melihat wajahnya. Nampaknya dia tak terlalu
tua, sekitar 30an. Tampangnya sangat jantan, tegas, dan "beringas". Tapi
wajahnya lumayan menarik juga. Perlahan-lahan, batang kontolku mulai
berdiri. Di dalam otakku yang mesum, kubayangkan nikmatnya diperkosa
olehnya. Oohh.. Saya lalu memutuskan untuk berjalan tepat di belakangnya.
Kapan lagi bisa ketemu lelaki menggiurkan seperti ini? Telanjang dada lagi
;)

Org Realitas

United States

Reply »|Report Abuse|Judge it!|#4Mar 23, 2013



Tiba-tiba, pria itu berhenti. Otomatis, saya berhenti juga. Pada saat dia
membalikkan tubuhnya dan memandangku, jantungku serasa ingin lepas. Saya
takut sekali. Bagaimana jika dia sampai tahu bahwa saya mengikutinya.
Namun pria itu hanya tesenyum. Senyuman itu nampaknya seperti senyuman
seorang penjahat.

"Mau apa loe ngikutin gue?" Nada bicaranya terdengar agak tak ramah. Saya
hanya terdiam saja. Saat saya tertunduk, kulihat benjolan basah besar di
celanaku.

"Gawat, dia pasti melihatnya.. Aduh, bagaimana ini?", pikirku.

Pria itu mendekatiku. Entah kenapa, saya hanya berdiri terpaku di situ.
Saya mulai gemetar ketakutan, namun ketakutanku hanya menambah gairahku.
Dalam hatiku, saya berharap dia akan memperkosaku. Saya rela memberikan
keperjakaanku padanya.

"Loe suka liat badan gue, yach?" tanyanya setelah mengamati benjolan di
celanaku.

Tangan kanannya bergerak menyapu dada bidangnya. Dadanya yang agak gelap
diremas-remas. Tak ayal lagi, putingnya mulai menegang menjadi sangat
lancip. Gairahku menjadi tak terbendung lagi. Ingin rasanya saya
memintanya untuk menyodomi pantatku, namun saya terlalu takut.

"Loe suka ini?" tanyanya lagi, kali ini agak terdengar menantang.

Dia berjalan semakin dekat.. Dekat.. Dan dekat, hingga akhirnya wajahku
hampir menyentuh lehernya (Dia lebih tinggi dibanding diriku). Menundukkan
kepalanya sedikit,dia berbisik..

"Pengen diperkosa nggak?"

Saya hanya terdiam. Air liurku rasanya susah sekali ditelan. Tangannya
meraih turun dan memegang benjolanku dengan kasar.

"Kontol loe pasti bagus. Gue paling suka ama kontol yangnggak disunat.."

Setelah puas meraba-raba daerah terlarangku, dia meraih resleting
celananya. Dengan sekali tarik, resleting itu terbuka dan kepala kontolnya
menyembulkan diri untuk memberi salam. Namun saya menjadi semakin takut.
Palkon (kepala kontol) pria itu begitu besar dan ukuran itu hanya ukuran
sewaktu masih lemas. Bagaimana jika kontolnya terangsang? Saya mulai
berpikir untuk menolak kesempatan ini. Saya memang ingin dingetotin, tapi
bukan oleh kontol kuda. Saya bersiap-siap untuk kabur namun dia dapat
membaca pikiranku. Sebelum saya sempat bertindak, kedua tangannya telah
mencengkeram bahuku dengan sangat kuat.

Org Realitas

United States

Reply »|Report Abuse|Judge it!|#5Mar 23, 2013



Sambil menatap kedua mataku dalam-dalam, dia berkata..

"Loe nggak bakal ke mana-mana. Kalo loe berani kabur tau teriak, gue akan
sumpah gue bakal ngabisi nyawa loedengan kedua tangan ini.."
Cengkeramannya dipererat untuk menegaskkan maksudnya.

Saya sungguh tak berdaya. Pada saat dia membawaku ketempatnya, saya hanya
dapat mengikutinya. Tak ada kesempatan untuk kabur karena dia tetap
memegangi bahuku. Kontolnya masih bergoyang-goyang di luar resleting
celananya, mengikuti irama jalannya. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah
kumuh, tak jauh dari gang tempat dia menangkapku. Dari luar, rumah itu
nampak tak terawat dan agak gelap.

Dengan kasar, dia mendorongku masuk. Pria itu ikut masuk, setelah mengunci
pintu untuk memastikan saya tak dapat melarikan diri. Rumah itu memang
kumuh sekali. Sinar matahari hampir tak dapat masuk. Suasana di dalam
rumah kecil itu remang-remang. Lantainya terbuat dari semen halus,
ruangannya hanya ada dua, penerangannya tak memadai, jendelanya hanya ada
satu,hampir tak ada ventilasi, dan tak ada perabotan selain beberapa meja
dan kursi kayu. Saya terhentak. Ruangan ini lebih tepat disebut sebagai
ruang tahanan bawah tanah, tempat para tentara menyiksa musuh-mush
mereka.. Apa yang akan dilakukan pria itu terhadapku, tanyaku dalam hati.

"Buka baju loe," perintahnya.

"Cepat!!" sambungnya, agak kasar dan tak sabaran.

Beberapa saat kemudian, saya berdiri tanpa sehelai benang pun di hadapan
pria itu. Kontolku mengeras bak pelat baja. Kolam "precum" terbentuk di
atas palkonku yang tertutup kulup. Pakaianku kutaruh di pojok ruanganitu.
Pria itu melahap tubuhku dengan tatapan bernafsu. Kontolnya yang masih
tergantung di luar mulai hidup. Pelan-pelan namun pasti, kontol itu
memanjang, mengeras, dan membesar.

Tak lama kemudian, kontol itu telah mencapai ukuran maksimum. Panjangnya
kira-kira 25 cm. Dan keliling batang kontolnya sekitar 15cm. Sungguh besar
kontol yang dia miliki, seperti kontol kuda penjantan. Agar lebih nyaman,
pria itu melepas celananya sehingga kini dia pun berdiri telanjang bulat.
Tak ada rasa minder sedikit pun di wajahnya. Dia bangga dengan tubuhnya
dan juga dengan kontolnya.

Org Realitas

United States

Reply »|Report Abuse|Judge it!|#6Mar 23, 2013



Dengan bernafsu, Supri membasahi jari-jarinya kemudianjari-jari basah itu
dimain-mainkan di lubang anusku yangmasih ketat. Ketika jari-jari itu
menekan masuk ke dalam anus, rasanya agak nyeri dan sakit. Apalagi ketika
Supri memutar-mutarnya. Katanya, dia perlu melonggarkan sedikit lubang
pantatku sebab lubangku terlalu ketat. Lama-kelamaan terasa nyaman dan
nikmat. Saya mulai terbuai..

"Aa!! Apa itu?!" teriakku.

Rasanya luar biasa sakit. Sesuatu yang jauh lebih besar tiba-tiba
menghunjam masuk. Tersadar olehku kalau benda itu adalah kontol Supri. Ya,
tidak salah lagi, pikirku.Benda itu besar dan panjang, hangat, agak basah
di bagian ujungnya dan berdenyut-denyut.

"Aahh..!! Sakit.." erangku.

"Diam loe, homo! Loe adalah budak seks gue dan loe musti mau gue ngentot.
Sebentar lagi, loe udah bukan perjaka lagi.." tawanya riang.

"Jarang sekali bisa perkosa cowok homo yang masih perjaka.. Aahh..
Nikmatnya.."

Supri menarik jari-jarinya keluar dan menusukkan kontolnya lebih dalam
lagi. Saya mengerang semakin keras. Sakitnya bukan kepalang. Rasanya
seperti hendak terbelah dua saja. Lubang pantatku menganga lebar,
tersumbat oleh kontol kuda itu. Air mata mengalir dari mataku, saya telah
diperkosa oleh Supri.

Pada saat itu, saya benar-benar menyesal telah meminta permohonan konyol
macam itu, namun sudah terlambat untuk menyadarinya. Supri mulai
menggenjot pantatku. Masuk, keluar, masuk keluar.. Seiring dengan irama
genjotannya, saya menangis dan mngerang. Lubang duburku benar-benar panas
dan perih. Saya berusaha untuk berontak namun tali itu mengikatku terlalu
kuat.

"Aagghh!!" teriakku lagi.

"Ampun, Bang.. Aacchh.. Sakit.. Ampun, Bang.." tangisku.

"Aacchh!!" Namun tangisku tak dihiraukannya. Malah Supri menjadi semakin
beringas dan liar.

"Oohh.. Lubang loe ketat sekali.. Aahh.. Lebih ketat dibanding memek..
Uugghh.. Mimpi apa gue semalam.. Aahh.. Bisa dapatin homo kayak loe..
Aahh.." sahutnya di sela-sela aktivitas ngentotnya.

Saya terkejut ketika menyadari bahwa saya menikmati rasa sakitku. Rasa
sakit akibat diperkosa Supri itu terasa sangat nikmat. Gesekan kontolnya
dengan dinding dalamduburku mengirim sinyal-sinyal nikmat ke otak mesumku.
Perlahan namun pasti, saya terhanyut dalam irama ngentotnya.

Supri nampaknya mahir sekali dalam urusan ngetot-mengentot. Dia bisa
melakukannya dalam ebrbagai versi.Pertama dia bisa melakukannya dengan
sangat lambat. Menusukkan kontolnya sampai masuk dalam sekali lalu dicabut
seluruhnya. Kemudian, kontolnya itu dihujamkan lagi tanpa ampun dan
kemudian ditarik lagi. Begitu eterusnya dan semuanya dilakukan dalam tempo
lambat.Sungguh sakit, menyiksa, namun nikmat bagiku.

Sabtu, 05 April 2014

Gay Simpanan Mama part 1

ua minggu kemudian. Aku baru bangun tidur siang. Sekitar jam tiga sore.
Waktu itu hari Rabu, aku enggak ada kelas. Karena itu biasanya habis tidur
siang, sorenya aku latihan tenis. Kuubek-ubek kamarku, tapi tak kutemukan
dimana raket tenisku berada. Jangan-jangan dipinjam si Toni, pikirku. Adik
bungsuku itu memang doyan banget minjem barang-barangku tanpa permisi.

Gay Simpanan Mama part 2

Gay Simpanan Mama part 2
Aku segera menuju kamarnya yang terletak di pavilyun samping bangunan
utama rumah kami. Toni memang sengaja diberikan kamar disitu. Maklum ABG.
Dia doyan nge-Band bareng temannya. Daripada ribut dengar suara alat musik
yang dimainkannya bareng-bareng temannya maka lebih aman meletakkannya
disitu. Jadi suaranya tidak terlalu keras terdengar di dalam rumah.
Mending suara musik yang dimainkan asyik di dengar kuping. Ini malah musik
yang enggak jelas juntrungannya. Metal yang enggak mutu. Ups, jangan salah
sangka lagi. Aku bukan anti metal. Aku doyan metal. Tapi metal yang enggak
dimaenin sama Toni dan teman-temannya. He.. he..

Pintu kamar Toni tertutup rapat. Juga gorden jendelanya. Tumben. Pikirku.
Jarang-jarang gorden kamarnya ditutup. Paling juga kalau sudah malem kalau
dia tidur. Dari kamarnya terdengar hingar bingar musik metal dari tape. Si
Toni berarti ada di kamar, pikirku. Kugenggam gerendel pintu, kuputar. Tak
terkunci. Kubuka pintu dan langsung melongokkan wajahku ke kamarnya. Aku
sudah bersiap-siap untuk ngomel ke dia.

"Toni! sudah berapa kali gue bilang, jangan ambil barang-barang gue
seenaknya.. Hahh?!!," kata-kataku terhenti segera.

Mulutku menganga, tenggorokanku rasanya tercekat. Mataku melotot melihat
peristiwa yang terjadi dalam kamar Toni.
Adikku itu sedang bermain cinta di kamarnya. Tubuhnya telentang di atas
ranjang. Pakaian sekolahnya belum terlepas seluruhnya. Hanya resleting
celananya saja yang terbuka lebar. Kontolnya yang nongol dari celah
resleting itu, ngaceng total sedang dikulum oleh seseorang yang sedang
menungging dalam posisi berlawanan arah dengan Toni di atas tubuhnya.

Aku sih sudah tahu kalau kelakuan adikku yang masih ABG ini sama bejatnya
seperti aku. Aku sudah sangat tahu kalau dia doyan ngesex dengan orang
lain. Harusnya aku tak perlu kaget melihatnya sedang in action seperti
ini. Tapi gimana aku enggak kaget kali ini, yang kulihat saat ini sangat
tidak biasa. Toni maen kulum-kuluman kontol bukan dengan cewek. Tapi
dengan cowok men. Dan cowok yang sedang mengulum kontolnya itu adalah si
Willy! Shit!

Si Tonipun edan. Masak mulutnya juga ngulum kontol si Willy? Ngawur! Yang
benar aja, kontol gede si Willy itu dikuluminya dengan penuh nafsu seperti
ngulum permen lolipop saja. Toni kulihat salah tingkah setelah menyadari
kehadiranku. Buru-buru dilepaskannya kontol si Willy dari mulutnya. Ia
segera bangkit dan membereskan celananya. Sementara si Willy kulihat
tenang-tenang saja.

"Ngapain Tom? Masuk kamar gue kok enggak ngetuk pintu dulu," kata Toni
terlihat kurang suka padaku.
"Memang elo pernah ngetuk pintu kalau masuk kamar gua?" sahutku.
Kupandangi keduanya dengan tatapan tajam. Willy kulihat tersenyum padaku.
"Hai Tom," katanya melambaikan tangan seperti tak ada apa-apa.
"Ngapain elo berdua?" kataku dingin.
"Enggak ngapa-ngapain. Mau ngapain elo?" sahut Toni masih salah tingkah.
"Enggak ngapa-ngapain?! Jelas-jelas mata gua ngelihat elo berdua sedang
emut-emutan kontol kok elo bisa ngomong enggak ngapa-ngapain. Elo homo?!"
kataku.
"Siapa yang homo? Enak aja!" kata Toni protes.
"Kalau bukan homo, apa namanya cowok sama cowok emut-emutan kontol begitu?
Nah elo, kok elo bisa..," kataku pada Willy.

Kalimatku tak kusambung. Aku menatap bingung padanya.

"Sante aja men. Ini hal yang biasa kok," sahut Willy tanpa beban.
"Biasa??!" tanyaku bingung. Dahiku mengernyit.
"Iya. Gue sama Toni kebetulan lagi sama-sama horny. enggak ada
pelampiasan, ya sudah, kenapa kita enggak maen berdua aja. Toh tujuannya
cuman untuk melampiaskan birahi doang. Maen sama cewek juga emut-emutan
kan. Gua punya mulut, Toni punya mulut, kan bisa dipake untuk ngemut.
Hasilnya tetap sama kok," sahut Willy tenang.

Gigolo ganteng itu benar-benar tenang luar biasa. Sepertinya apa yang
dilakukannya bersama Toni itu bukan hal yang aneh. Aku jadi terkesima
mendengar jawabannya. Toni kulihat mengangguk-angguk mendengar kata-kata
Willy. Duduk dengan seragam SMUnya diatas ranjang, adik bungsuku itu tak
berkata apa-apa.

"Gua enggak ngerti deh. Gua yang gila atau elo berdua yang gila," kataku.
"Enggak ada yang gila Tom. Apa gue pernah ngatain elo gila karena elo suka
mandangin kontol gua? enggak pernah kan?"
"Maksud elo?"
"Jangan pura-pura bego. Gue tahu kok elo suka curi-curi pandang lihat
tonjolan di selangkangan gue. Apalagi kalau pas gue telanjang bulat. Mata
elo kan sampai melotot ngelihat adik gue ini kan," kata Willy.

Ia menggoyang-goyangkan kontolnya yang sudah lemas. Memamerkannya padaku.
Aku tak tahu mau bilang apa lagi. Tak kusangka Willy mengetahui kalau aku
selalu memperhatikan perkakasnya selama ini.

"Sudahlah. Sekarang elo mau berdiri terus disitu sambil ngelihatin kita
sekaligus melototin kontol gue, atau mau ikutan bareng kita menikmati
anugerah yang kita miliki. Tom kita harus bersyukur lo, kita bertiga kan
dianugerahi kontol yang punya ukuran diatas rata-rata. enggak banyak lo
orang yang dianugerahi hal beginian," kata Willy.

Benar yang dikatakan Willy. Kami bertiga memang punya ukuran kontol yang
diatas rata-rata. Adikku si Tony kulihat juga punya kontol yang gede.
Ukurannya enggak jauh-jauh dengan ukuranku.

Akal sehatku sirna. Aku yang memang sudah cukup lama tergoda dengan kontol
si Willy akhirnya pasrah saja saat Willy dan Toni membimbingku ke arah
ranjang. Kubiarkan saja mereka mempreteli seluruh pakaianku. Kami bertiga
telanjang bulat di dalam kamar Toni.

Willy memberikan penghormatan khusus padaku. Rasa penasaranku pada
kontolnya yang gede itu dipuaskan olehnya. Willy mengangkangi leherku saat
aku berbaring telentang di atas ranjang. Kontolnya yang besar
ditampar-tamparkannya ke pipiku. Birahiku menggelegak. Pertama kali seumur
hidupku aku diperlakukan seperti ini. Saking menggelegaknya birahiku
akhirnya apa yang tak pernah terpikirkan selama ini dibenakku kulakukan.
Kukulum kontol Willy sepuas-puasnya. Aku menggila. Seperti anjing ketemu
tulang, kulahap kontol Willy. Aku tak ubahnya Mamaku dan Mimi yang
tergila-gila pada kontol gigolo ganteng ini.

Rupanya Tonipun sama tergila-gilanya seperti aku. Ia berebutan denganku
mengerjai kontol besar si Willy. Seringkali kudorong wajah ganteng adikku
yang masih abg itu menjauhi kontol Willy, karena aku sudah tak sabar ingin
memasukkan batang gede itu dalam mulutku. kalau sudah gitu, Toni cuman
bisa bersungut-sungut padaku. Aku cuek aja. Sementara Willy tertawa
melihat kami berebutan kontolnya seperti itu.

"Kalian sekeluarga sama binalnya deh," komentarnya.

Ia pasti teringat pada Mama dan Mimi saat mengoral kontolnya. Pasti sama
maniaknya seperti aku dan Toni.

Aku jadi terlupa, bahwa aku laki-laki straight. Aku jadi menikmati
permainan laki-laki seperti ini. Willy rupanya tak mau melewatkan kontolku
dan Toni. Dia segera membalik tubuhnya berlawanan arah denganku. Aku dan
Toni sama-sama berbaring telentang bersisian. Mulut kami bergantian
mengulum kontol Willy. Sementara Willy yang menungging diatas kami
menggilir kontolku dan Toni. Mulutnya ganti berganti mengulum kontolku dan
kontol adikku itu. Saat mulutnya di kontolku, tangannya mengocok kontol
Toni. Begitu juga sebaliknya.

Sore itu aku tak jadi latihan tenis. Kebetulan Mama belum pulang dari
kantor, dan Mimi tak ada di rumah, kami puas-puaskan bermain sex bertiga.
Segala apa yang memungkinkan, kami lakukan bertiga. Termasuk juga saling
menyodomi satu sama lain. Baby oil yang biasanya digunakan Toni untuk
coli, kami gunakan sebagai pelumas agar kontol tak terlalu sulit memasuki
lobang pantat. Meski dianal adalah kali pertama buatku, tapi aku ternyata
bisa menikmatinya. Diantara rasa sakit dimasuki kontol dalam lobang
pantat, aku merasakan juga nikmat yang luar biasa.

Saat sore menjelang, kami segera cabut menuju kost Willy. Kami tak mau
terganggu dengan kepulangan Mama dari tempat kerjanya. Pada Mama, Willy
menelpon bahwa dia tak menginap di rumah kami malam itu. Ada kerjaan,
alasannya pada Mama. Sementara aku dan Toni tak perlu menelpon Mama. Sudah
biasa kami tak tidur di rumah. Jadi Mama tak akan merasa aneh. Malam itu
kami puas-puaskan bermain cinta bertiga. Tak peduli, bahwa aku dan Toni
adalah saudara kandung, kami juga saling menyodomi.

Setelah beberapa kali bersetubuh, akhirnya kami bisa memahami posisi
masing-masing. Meskipun kami sama-sama fleksibel saat bercinta, namun Toni
lebih suka pada posisi dianal, baik olehku maupun Willy. Sedangkan aku dan
Willy suka keduanya, baik dianal dan menganal. Hanya saja aku lebih
menikmati dianal oleh Willy daripada oleh Toni. Kontol Willy yang sangat
besar sungguh membuatku keenakan. Aku sampai menggelepar-gelepar saat
dianalnya.

kalau menganal, aku lebih suka melakukannya pada Toni. Aku sangat suka
melihat ekspresi adikku yang sepertinya kesakitan namun terus memaksaku
untuk mengentotnya dengan buas. Sedangkan kalau menganal Willy, aku tak
menemukan ekspresi itu. Willy sudah sangat profesional dalam hal ini.
Ternyata dia adalah gigolo bagi wanita dan laki-laki sekaligus. Saat
dientot, ekspresinya hanya penuh kenikmatan saja. Lagipula, lobang pantat
Willy tak sesempit lobang pantat si Toni. Lobang pantat Willy sudah
mengendor. Dia sudah sering dientot oleh laki-laki lain.

Kami bercinta tiada henti. Willy memberikan kami minuman rahasia miliknya.
Minuman yang membuat tenaga kami tak kunjung sirna. Pantas saja tenaga
gigolo ini bak kuda liar. Ia punya ramuan rahasia rupanya. Saat kutanyakan
pada Willy, apa cairan itu dan darimana ia memperolehnya, gigolo itu tak
mau mengatakannya padaku.

"Ini rahasia perusahaan," jawabnya. Aku dan Toni tertawa mendengar
jawabannya.

Hari kamis esoknya, harusnya Toni sekolah. Tapi adik bungsuku itu bolos.
Aku juga bolos kuliah, pun Willy. Kami seperti mesin sex. Toni tak
bosan-bosannya memintaku dan Willy bergantian menghajar lobang pantatnya.
Dia benar-benar ketagihan.

"Pantes aja cewek-cewek suka dientot. Enak banget men," komentarnya.

Pantat Toni yang putih dan montok penuh semangat bergerak saat Willy atau
aku menyodominya. kalau kupikir-pikir, goyang ngebor Inul, kalah jauh deh
dibandingin ngebornya si Toni. Membuatku dan Willy tak kuasa untuk menahan
orgasme. Sperma kami tumpah memenuhi lobang pantat adikku itu. Kamar kos
Willy semerbak dengan bau sperma dan keringat kami. Bau ini malah semakin
membuat kami bernafsu untuk mengentot lagi dan lagi.

Setelah sore, akhirnya kami kembali ke rumah. Dan sejak itu kami menjadi
rutin ngesex bertiga. Mencuri-curi kesempatan tanpa sepengetahuan Mama dan
Mimi. Apa yang kami lakukan adalah rahasia kami bertiga. Tak perlu orang
lain tahu. Termasuk juga cewek-cewek kami. Apalagi Mama dan si Mimi.

Minggu, 12 Januari 2014

Doperkosa teman sendiri

Saya dulu punya seorang teman baik, namanya Toni. Kami sudah berteman sejak SMP. Sepintas, hubungan kami terlihat seperti hubungan kakak-adik. Persahabatan indah di antara kami harus berakhir ketika Toni melakukan sebuah kesalahan yang tak terlupakan. Hal itu terjadi ketika kami baru saja tamat SMU. Kegembiraan kami diluapkan dengan acara kemping pribadi, hanya ada Toni dan saya. Semula, semua berjalan dengan baik dan menyenangkan; saya amat menikmati perjalanan kempingku bersamanya. Tapi tiba-tiba Toni berubah menjadi seseorang yang sama sekali tak kukenali. 

 

Semua bermula pada malam kedua acara kemping kami. Api unggun yang kami pasang masih berkobar-kobar, mengusir hewan malam yang mungkin dapat mengancam keselamatan kami. Berhubung malam itu agak mendung dan dingin, kami memutuskan untuk berdiam diri di dalam kemah, sambil menunggu waktu untuk tidur. 

 

Kami telah berada di dalam kantung tidur kami masing-masing. Dan untuk melewatkan malam, kami berbincang-bincang tentang banyak hal. Seharusnya saya sudah curiga sejak semula, namun tak pernah terbayang sebelumnya kalau sahabat baikku itu akan tega melakukan hal terkutuk itu.. 

 

"Kamu masih belum naksir cewek?" tanya Toni tiba-tiba. "Belum, tuh. Gak ada yang gue suka, sih," jawabku sambil lalu. "Jangan-jangan loe homo," katanya smabil tertawa lepas. "Sialan loe," jawabku, tertawa juga. "Bukan lagi. Saya 100% straight. Gua cuma belum siap aja. Miara pacar sama mahalnya seperti miara istri." "Gue juga belum siap punya pacar cewek," jawabnya. "Siapa yang nanya," tawaku. 

 

Tiba-tiba, Toni bangun dan dudduk sambil memandangiku lekat-lekat. Padangannya terasa aneh dan sangat tajam, saya sampai merasa salah tingkah. 

 

"Loe pernah liat film porno homo?" tanyanya tiba-tiba. 

 

Pertanyaannya sangat aneh dan tak nyambung dengan topik pacaran yangs edang kami bahas. Tapi kujawab juga. 

 

"Belum. Emang kenapa? Loe udah pernah liat?" tanyaku. "Udah," jawabnya tanpa malu. "Gile banget," sahutku, terduduk di kantung tidurku. "Trus gimana? Maksud gue, loe bisa terangsang liat cowok homoan?" tanyaku terkejut. "Bisa. Loe mesti liat filmnya," katanya bangga. "Cowoknya ganteng sekali, badannya juga oke, Dan pas dingentotin, erangan cowok terdengar lebih merangsang. Gue sampe ngecret lima kali pas liat tuh film." "Gawat loe, bisa jadi homo beneran loe," saya merespon. "Dan gue jadi pengen nyobain. Keliatannya enak sekali," jawabnya tiba-tiba. "Lobang pantat cowok lebih ketat dan lebih sip dibanding memek. Para cowok homo itu nampak amat menikmati hubungan homoseks mereka," lanjutnya. "Ah, loe mulai ngaco. Udah, ah, Gue ngantuk. Pengen bobok nih," alasanku, membaringkan badanku. 

 

Saya bingung sekali kenapa tiba-tiba Toni mengatakan hal-hal yang tak amsuk akal. Padahal sebelumnya dia tak pernah begitu. Kubaringkan badanku menghadap arah yang berlawanan; saya merasa malas memandang mukanya. Untuk beberapa saat, Toni terdiam. Kukira dia akhirnya memutuskan untuk tidur, tapi saya salah! 

 

Saya tak tahu berapa lama waktu telah berlalu, tapi tiba-tiba saya merasa seseorang memelukku erat-erat dari belakang. Dengan panik, saya mencoba untuk melepaskan diri tapi tiba-tiba orang itu menempelkan sehelai saputangan basah di hidungku. Dia sedang mencoba untuk membiusku! Namun sulit sekali untuk tidak menghirupnya, apalagi dalam keadaan panik. Dan begitu saya menghirupnya, kontan tubuhku terasa sangat ringan dan tak berdaya. Setelah yakin bahwa saya lemas, orang itu pun membalikkan badanku agar saya menghadap wajahnya. Astaga, dia Toni! Mataku berkaca-kaca, saya ingin bertanya, 'Kenapa kau lakukan semua ini padaku, Toni?'. Namun otot mulutku tak dapat kugerakkan, kaku semua. Kudengar Toni berkata. 

 

"Maafin gue. Gue terpaksa melakukannya. Selama ini, gue telah telanjur jatuh cinta ama loe. Gue pengen loe menjadi pacar gue. Gue pengen memiliki loe." 

 

Dan dengan itu, Toni memaksakan sebuah ciuman padaku. Saya berusaha untuk melawannya, tapi apa dayaku. Perasaan mual menguasaiku, ingin rasanya saya muntah. Namun, Toni terus menciumku. Lidahnya memaksa masuk dan bermain-main di dalam mulutku. Kurasakan air liurnya menetes masuk dan berbaur denganku. 

 

"Gue sayang ama loe, gue cinta loe," katanya di sela-sela ciumannya. Tangannya yang kuat meraba-raba wajahku dan turun ke pinggang. 

 

Begitu sampai di sana, tangannya menyelip masuk dan berusaha untuk membuka resleting celana jeanku. Toni ingin menelanjangiku! Rasa panik melanda diriku, saya tahu apa yang dia inginkan. Dia ingin bersetubuh denganku seperti adegan film gay porno yang sering dia tonton. Apa yang dapat kulakukan? Dengan pasrah, saya hanya dapat membiarkan Toni melepas celana jeansku dengan leluasa. Hal yang sama dilakukannya pada celana dalam putihku. 

 

Kontolku yang masih lemas menyembul keluar dan berbaring di sisi pahaku, seakan memohon untuk tidak diusik. Tapi Toni memang seorang binatang. Kontolku langsung digenggam dan dikocok-kocok. Saya harus mengakui bahwa kocokannya terasa nikmat, tapi saya kembali mengingatkan diriku bahwa saya sedang diperkosa. Namun kontol punya pikirannya sendiri. Tanpa bisa dikendalikan, kontolku mulai berdiri. Dan Toni langsung menyedotnya! Saya tak mengira dia akan senekad itu. Hisapannya sungguh enak dan bertenaga, saya sampai kelojotan dibuatnya. Berhubung mulutku kaku, saya hanya dapat mengeluarkan bunyi napas saja. 

 

"Hhoohh.. Hhoosshh.. Hhoohh.. Hhoohh.." Tapi sebagian diriku masih berjuang untuk melawan kenikmatan terlarang itu. 

 

Tiba-tiba Toni melepaskan sedotannya, dan berdiri. Tanpa malu sedikit pun, Toni menelanjangi tubuhnya tepat di hadapanku. Toni memang bertubuh tegap dan berdada bidang, berkat fitness. Dan wajahnya memang tampan. Kontolnya menjulang tinggi di hadapanku, berdenyut-denyut. Nampak kepala kontolnya berkilauan, basah dengan precum. Dia terangsang sekali melihatku terbaring tak berdaya, hampir telanjang. Menuntaskan pekerjaannya, kaosku pun dilepaskan secara paksa. Kini saya telah benar-benar telanjang. Toni berkata lagi. 

 

"Loe bikin gue terangsang banget, liat nih palkon (kepala kontol) gue, basah ama precum. Gue pengen bercinta ama loe." 

 

Kontolnya yang sudah basah dengan precum dipukul-pukulkan ke wajahku, seolah ingin memperkenalkanku dengan kontolnya terlebih dahulu sebelum dia memuali penetrasi. Seakan saya hanya seonggok daging, Toni siap menyodomiku. Berlutut di depan kakiku, diangkatnya kedua kakiku tinggi-tinggi. Anusku yang berkedut-kedut pun terekspos. 

 

Toni memandangnya dengan mata penuh nafsu birahi, lidahnya menjilati bibir atasnya. Kemudian, kakiku diletakkan di atas kedua bahunya yang bidang. Astaga, dia bahkan tak mau repot-repot memakai kondom! Saya takut sekali, tapi tak ada yang dapat menolongku. Mulutku tak dapat kugerakkan, begitu pula dengan anggota tubuhku yang lain. Dan tak ada seorang pun yang berada di sekitar wilayah kemah kami. Sudah takdirku untuk diperkosa oleh sahabat baikku sendiri! 

 

Tanpa ampun, Toni menghujamkan kontol bajanya tepat ke dalam lubang anusku yang masih perjaka. 

 

AAARRGGHH..!!" teriakku dalam hati. 

 

Hilang sudah keperjakaanku. Sungguh sakit sekali rasanya. Lubang anusku yang ketat seakan sobek diterjang kontol sebesar kontol Toni.Toni mengerang saat kontolnya sudah terbenam seluruhnya. 

 

"AARRGGHH..!!" Ditatapnya mataku sambil berkata. 

 

"Lobang loe enak sekali. Akhirnya, loe milik gue. Oohh.. Ngentot.. Aahh.. Gue lagi ngentotin loe.. Aarrghh.." 

 

Hancur hatiku mendengarnya berkata seperti itu. Sungguh tak kusangka Toni bakal setega itu terhadapku. Saat dia menarik kontolnya mundur, saya kembali mengerang dalam hati dan hanya mampu mengeluarkan desahan napas kesakitan. 

 

"Oohh.. Hhohh.." Tiba-tiba, Toni kembali mendorong kontolnya masuk. "AAARGHH!!" 

 

Tarik lagi, dorong lagi, tarik, dorong, tarik.. Toni mulai menyodomiku dengan ritme tetap. Semakin lama, gerakannya semakin cepat. Gerakan otot pinggulnya beserta kontolnya seperti mesin pemompa, yang terus memompa pantatku tanpa ampun dan tanpa rasa kasihan. Nafsu telah membutakan matanya. Air mataku mengalir dengan deras. Sebagian dikarenakan oleh rasa sakit yang amat teramat sangat, dan sisanya karena rasa sakit hati. Toni telah merenggut sebagian hidupku. Saya tak lagi utuh. 

 

"ARGH! UGH! ARGH!" erang Toni terus menerus seirama dengan sodokan kontolnya. 

 

Saya tak tahu sudah berapa lama dia memperkosaku, tapi dia memang tahan banting. Tiba-tiba kontolnya mendorong sesuatu di dalam tubuhku. Kontan, kontolku yang masih belepotan ludah Toni bangkit dari tidurnya dan berdiri ngaceng bak tiang bendera. Gelombang nikmat menyerang tubuhku seolah-olah saya sedang mengalami orgasme. 

 

"Astaga, apa itu? Kenapa saya terangsang? Tidak mungkin!" pikirku. Namun kembali Toni mengenai bagian organ dalamku itu, dan gelombang kenikmatan kedua mendera diriku. Saya sedang dipaksa untuk menikmati perkosaan homo! 

 

Wajah Toni berseri-seri melihat kontolku tegang. Langsung saja kontolku dipegang-pegang. Kembali dia mulai mencoli kontolku. Dengan tekad penuh, dia ingin membuatku ngecret sebagai tanda bahwa saya miliknya. Walaupun saya mencoba melawan, namun gelombang kenikmatannya semakin bertambah besar. Dan pelan-pelan sodokan kontol Toni memang terasa nikmat sekali. Begitu pula dengan kehangatan tangannya yang sedang membungkus kontolku. 

 

"Astaga, saya tertular kehomoan-nya??" Namun saya tak kuasa menahannya. Benteng pertahananku runtuh. Saya membiarkan kenikmatan itu menjalari dan menguasai tubuhku. 

 

Toni mempererat genggamannya pada kontolku, wajahnya menyeringai kesakitan. Napasnya memburu-buru, dan tiba-tiba.. 

 

"AARRGGHH..!!" 

 

CRROTT!! CCROOTT!! CCROOTT!! Toni ngecret!! Pejuhnya ditembakkan sembarangan di dalam anusku, membanjiri bagian dalam perutku. Terasa sekali rasa panas yang membakar perutu. Andai pria bisa hamil, saya pasti sudah hamil sekarang! Namun mendadak saya pun merasa bahwa saya akan segera mencapai klimaks-ku. Pejuhku memaksa naik dan akhirnya tersembur keluar lewat lubang kontolku. 

 

CCROOT!! CROOTT!! CCRROOTT!! Berhubung saya tak dapat bersuara, maka hanya desahan napasku yang terdengar. 

 

"Hhohh!! Hhoohh!! Hhoohh!! Hhoohh!!" Tubuh kami terguncang-guncang, mengejang-ngejang seperti orang kesakitan. Kenikmatan orgasme menguasai kami berdua. Bahkan saya pun tunduk. 

 

"AARRGGHH..!! AARRGGHH!! UUGGHH!!" erang Toni, terus menghentak-hentakkan pinggulnya. Dan akhirnya semuanya berakhir. 

 

Toni mengeluarkan kontolnya dan terasa pejuhnya mengalir keluar dari lubang pantatku yang menganga lebar. Bercak darah dan kotoranku mengotori kontolnya yang mulai mengempis. Dengan sehelai tissue, Toni sibuk membersihkan kemaluannya, sementara saya hanya terbaring di situ, menatap langit-langit kemah kami dengan pandangan kosong. Dapat kurasakan pejuhnya menyebar ke dalam perutku. Tubuhku mulai menyerap benih-benihnya itu. 

 

Keesokkan paginya, tubuhku mulai dapat kugerakkan, meskipun agak terasa sakit dan lemas. Toni masih berusaha untuk merayuku dan ingin kembali berhubungan homoseks denganku, namun kutolak dengan tegas. Entah kenapa, Toni tak lagi menggunakan obat bius yang dicurinya dari lemari obat ayahnya. Ayah Toni memang seorang dokter, jadi mudah bagi Toni untuk mencuri obat bius. 

 

Kami bertengkar hebat. Saya memakinya karena telah tega memperkosaku sedangkan dia membela diri bahwa dia melakukannya atas dasar cinta. Hubungan kami berakhir sampai di situ. Belakangan kudengar bahwa dia pindah ke luar kota sendirian. Mungkin dia malu denganku dan merasa bersalah. Dalam hatiku, saya amat sedih kehilangannya. Saya mungkin telah memaafkannya, tapi kesalahnnya tak dapat kulupakan seumur hidupku.