Senin, 16 Februari 2015

KONTOL POLISI DUREN

Kali ini aku akan menceritakan kisah cintaku dengan IPTU PANJI ARIFIN si
durenku…
Aku sudah lama tidak berhubungan dengan IPTU Arifin, memang setelah
ngentot dengan si polisi duren itu, beberapa kali mas Arif mengajakku
untuk nginep di rumahnya, sehingga aku lemes banget melayani napsu mas
Arif yang kayanya gak pernah puas, tapi rasanya nikmat sekali ketika
kontol yang besar, panjang dan sangat keras itu akhirnya mengecretkan
pejuhnya di lobang anusku dengan semburan yang keras dan banyak. Mana
mas Arif, gak puas cuma seronde lagi, sehingga aku harus melayani
napsunya beberapa ronde. Makanya ketika aku melihat Polisi baruku yang
macho itu, napsuku tanpa sadar bangkit lagi.
Hari itu, hari Sabtu, aku bertamu lagi kerumah mas Arif. Saat aku duduk
diteras rumahnya, tiba-tiba ia memandang ke arahku dan jantungku
berdegup keras. Dia mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari
pangkal lengannya terlihat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum,
"Adek… sini dong deket mas. Ngapain duduk disitu sendirian, ntar masuk
angin lagi".
Memang saat itu aku juga memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan.
Matanya jelalatan memandangi tubuhku dari atas sampai ke bawah.
"Mas memangnya mau ngapain?", tanyaku dengan nada agak sedikit menggodanya.
"Mas mau angetin Bayu nih.. Mau kan?".
"ih, mas Nakal", candaku. Aku kemudian menghampirinya kemudian dia
menggandeng tanganku masuk kerumahnya. Dia membuat kopi 2 cangkir dan
satu diberikannya ke aku.
"Adek mau pake susu, nggak?" tanyanya.
"Gak usah mas, kan udah ada creamernya", jawabku.
"Iya ya, sudah punya. Kalau mau tinggal perah aja punya mas. Hahahaha…",
godanya.
Aku hanya tersipu mendengar guyonannya yang mulai mengarah. Kami pun
mulai ngobrol ngalor ngidul, dia mengarahkan pembicaraan kearah ngentot.
"Adek sering-sering dong nemenin mas kalo malem, daripada masing-masing
sendirian di rumah. Atau adek tinggal aja disini bareng mas… Gimana?",
tawaran yang merangsang napsuku kembali
Aku terdiam.
"Kok diem? Diem itu artinya mau lho", godanya terus. "Nanti malem ya
dek. Mas kepengen nih..", katanya sambil tersenyum.
Aku hanya tersenyum.
"Boleh nggak, mas nusuk adek lagi", tanyanya lagi.
Aku hanya diam dan senyum manis didepannya. Tanpa dimintapun aku mau
dong dientot mas Arif.. apa sih yang nggak buat mas.
Hari itu berjalan sangat lambat. Rasanya, aku sudah gak sabar menanti
datangnya malam, aku mau tahu apakah aku akan melayaninya atau tidak.
Aku membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadapku. Itu membuat
napsuku berkobar-kobar dengan sendirinya. Hal itu membuat aku tidak bisa
berkonsentrasi mengerjakan tugas dari pak guru yang diberikan kepadaku.
Akhirnya saatnya tiba, dia menungguku dikegelapan karena lampu ruang
tengah rumahnya sengaja tidak dinyalakannya.
"Masuk kekamar yuk dek", katanya sambil mengunci pintu samping. Aku
ditariknya masuk kekamar. Dia cuma mengenakan baju mandi. Namun aku
segera melepas pegangan tangan mas Arif dengan alasan mau makan malam
dulu. Makan malem yang dibelinya dikedai depan sudah disiapkan di meja
makan. Aku diajak makan sambil ngobrol. Selesai makan aku mencuci
peralatan makan, sedangkan dia menungguku disofa di depan TV. Aku duduk
disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Dia mulai merayuku.
"Kamu manis sekali Dek,mas kangen sama lobang kamu. Kamu juga kangenkan
sama kontol mas?", katanya sambil mengelus tanganku. Tangan lainnya
mulai mengelus-elus pundakku.
"Emangnya kalo kangen kontol mas, adek mau diapain?", tanyaku pura-pura
nggak ngerti.
"Yah kalau kangen banget kan, ntar kalau dientot, nggak puas kalau cuma
seronde, mesti berkali-kali baru puas, iya kan?", jawabnya.
Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya.
"Dek, kakimu mulus sekali ya", katanya.
"Ah.. Mas bisa aja," balasku sekenanya.
Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku
menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar.
"Bay, mas jadi terangsang, gimana nih?" suaranya terdengar kalem tanpa
emosi.
Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pantatku dan
semakin dekat dengan anusku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata
dibalik baju mandinya dia tidak mengenakan CD sehingga kontolnya yang
membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya.
Nafasku sesak melihat kontol besar dan panjang yang berdiri keras penuh
dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat.
Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia
membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku
dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut
dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh napsu.
Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di pahaku
sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke dadaku. Dia meremas pentilku
dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh
tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya. Dadaku
berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik kaosku,
pilinan jarinya sangat ahli, kadang pentilku dipelintir sehingga
menimbulkan sensasi yang luar biasa. Nafasku makin memburu ketika dia
melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia tersenyum dibelainya wajahku.
"Bay kamu manis banget. Mas sayang banget sama Bayu" dia memujaku.
"Bagaimana Bay? kita teruskan?" tangannya masih mengusap rambutku, aku
tak menjawab.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti semua
pakaianku, dan hanya tinggal mengenakan CD saja, dia juga telah
telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya
panjang dan besar berdiri tegak.
Diangkatnya pantatku dan dilepaskannya CD-ku.
"Wow, kamu pasti juga sudah napsu banget ya, dek?", tanya mas Arif
sambil tersenyum karena melihat kontolku yang sudah ngaceng abis.
Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kakiku sedikit
diangkat keatas dan tampaklah lubang anusku yang telah merekah kemerahan
bibirnya yang siap memanjakan setiap barang yang akan masuk.
Dia membungkuk, menyingkirkan bulu-bulu disekitar anusku dan mulai
menjilat lubangnya, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya
menyeruak makin dalam lubangku, kupegang kepalanya dan aku mulai
merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya didalam
anusku. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku,
kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan
sedotan kecil di lobangku, kadang disedot kadang dipermainkan dengan
ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, gerakanku makin tak
terkendali.
"Oohhh… aduh.. Mas… Adek mau kontol massss ….ahhh". Kuangkat
tinggi-tinggi pantatku. Tetapi pada saat yang tepat dia melepaskan
ciumannya dari anusku. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya
kemulutku.
" Gantian ya sayang.. mas juga ingin kamu ngisep kontol mas."
Kutangkap kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Dia sudah
terlentang disofa dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya.
Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film
porno. Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku
dari pangkal sampai ke kepalanya yang mengkilat berkali-kali.
"Ahhh… Enak sekali sayang…" dia berdesis.
Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan
pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak
tahan menahan napsuku. Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah
setengah jongkok di atas tubuhnya dan aku kangkangkan kakiku yang naik
keatas sofa mirip seperti kodok, kontolnya persis di depan anusku.
"Mas, adek masukin ya, adek pengen sekali." Dia hanya tersenyum.
Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir anusku, kusapu-sapukan
sebentar di lubangku dan kepala kontolnya kumasukan ke anusku, aku
hampir terbang. Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih
memegangi kontolnya, ujung kontolnya masih menancap dalam anusku.
Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam anusku. Kuangkat sedikit pantatku,
dan gesekan ujung kontolnya yang sangat besar terasa menggeser dinding
anusku. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam, separuh kontolnya sudah
melesak dalam anusku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit kontolnya
dengan otot dalam anusku, kusedot ke dalam, kulepas kembali berulang-ulang.
"Oh.. sayang kamu hebat, jepitanmu nikmat sekali", dia mendesis-desis,
pentilku dicubit-cubit dan membuat aku merintih-rintih. Dia mengocokkan
kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya
kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah
sehingga kontolnya masuk semua ke anusku. Luar biasa nikmatnya. Dari
posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, dada kami saling
menyatu, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia erat-erat. Tangan
kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap
pantatku.. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan
kugoyang pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya meyodok-nyodok dari
bawah. Kontolnya masih terus menyesaki anusku. Kurasai lubangku masih
keenakan dan makin pasrah. Disentuhnya bibirku dengan bibirnya. Aku
tidak menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku
untuk dinikmati dan kami saling berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia
juga membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas.
"Mas, nikmat banget deh kontolnya, besar, panjang, keras lagi, lobang
Bayu sampe sesek rasanya", kataku setelah dia menyudahi ciumannya.
"Hehe.. Tapi aku belum mau ngecret , Bay. Musti genjotnya yang keras
ya…", jawabnya. Kemudian dia menarik-narik pentilku dan kurasakan
pentilku mulai mengeras lagi.
"Mas, enjot lagi dong".
Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang diatas. Perlahan dia
menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan
nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia
mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian
kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar
tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku
menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak
berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi
gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh pantatku, licin dan
geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya mengocek
anusku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan
semakin meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin
tinggi, kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk
bergerak sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga.
Pantatku berbunyi plak-plak saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku
kegelian hebat, tiba-tiba aku mengerang, aku menyerah, aku tidak dapat
menahan sensasi kenikmatan ini. "Terus.Mashhh ohhhh…" ucapku, gerakanku
semakin kencang dan membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Dia
manarik kontolnya keluar dari anusku. Melihat kontolnya yang besar itu
membuat napsuku semakin bangkit lalu dengan reflek kugenggam dan dengan
lincah kumasukkan kepalanya kedalam mulutku, kukocok lagi, sambil
kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba
merangsang agar pejuhnya cepat ngecret. Mulutku mulai payah tapi pejuh
yang kuharapkan tak juga keluar. Aku tersentak merasakan dia menarik
kontolnya agak keras menjauh dari mulutku dan dengan sigap dibukanya
anusku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun kontolnya yang gede
menuju anusku. Didorongnya perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan
bleeesssss, digenjotnya kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali
menghunjam kedalam lubangku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan
sehingga kontolnya merasa aku pijit-pijit. Dia mengenjotkan kontolnya
keluar masuk dengan keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya
tubuhku sambil mengerang.
"Bay, .. aku mau ngecret".
"Keluarin aja Mas… didalem", pintaku agar kenikmatan yang kurasakan
bertambah dan akhirnya pejunya menyemprot didalem anusku, kurasakan ada
semburan hangat dilubangku. Dia memelukku erat demikian pula aku. Dia
tersenyum puas.
"Bay, Tak pernah aku merasakan lubang kecil seperti punyamu ini, enak
banget memijit kontol mas sampai nggak karuan rasanya, aku puas Sayang".
Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke
kamarnya.
"Terusin diranjang ya sayang", katanya sambil mencabut kontolnya dari
anusku. Lemes saja kontolnya sudah besar, nggak heran kalo ngaceng
menjadi besar banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang
aku tergolek diranjangnya.
Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali dia mengulum
bibirku kuat- kuat. Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan-pelan. Nggak
lama kemudian, kontolnya mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru
ngecret sudah bisa ngaceng lagi. Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai
menggelinjang dan melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar
dengan mulutku dia semakin tidak karuan juga geraknya. Semakin cepat dan
semakin cepat. Kuhisap semakin kuat dan kuat, dia pun semakin keras
erangannya. Mas Arif mulai mengelus anusku sehingga mulai gatal pengen
dientot kembali. Mulutku masih penuh kontolnya dengan gerakan keluar
masuk. Sesekali dibelainya dadaku saat dia merasa geli yang hebat.
Kulepas mulutku dan kukocok kontolnya naik turun. Kuhisap lagi
berulang-ulang. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang
bijinya, dia kegelian dan menggelitik lubangku dengan jarinya dalam-dalam.
"ahh…Mas, geli", kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku.
Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi. Dimainkan putingku,
aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan
membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar
di dalam anusku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku
makin keras. Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya,
sedangkan putingku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum
pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah
sekitar dada dan leherku.
"Mas, Bayu udah nggak tahan nih", erangku pengen segera dientot.
"Dek, indah sekali pantatmu." katanya sambil meremas pantatku.
Aku tersenyum "suka kan,…?". Aku menggerakkan pantatku seperti
meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan
sedikit demi sedikit kontolnya masuk keanusku.
"Oohhh..mas, besar sekali". Aku menyukainya, kontolnya yang besar dapat
membuatku terlena, "ah enak banget mas". Dia terus menggoyangkan
pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi aku merasa
kewalahan. Satu tangannya memilin putingku, membuat nafsuku terus
memuncak hingga ke ubun-ubun.
"Enak mas terus oohhhh…".
"Kenapa capek yah dientot kontol mas? Hehe.."
Aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik.
"Tapi mas belum ngecret, sebentar lagi yah", perlahan tapi pasti
kontolnya kembali disodok-sodokkan kedalam anusku. Goyanganku makin liar
membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas
kedua putingku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah
makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Frekuensi goyanganku
kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil
bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar
mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Kontolnya menghujam makin dalam
dan anusku makin terasa sesak. Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya.
Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi,
hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat
berciuman itulah, kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati
gesekan-gesekan pada dinding anusku. Dadaku bergesekan dengan dadanya
yang berisi, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah
tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya
dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau
menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi
juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya,
lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di
situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku
sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Suara pertemuan antara
pantatku dan pahanya terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan
kontolnya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok anusku, aku
sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma
bisa mengap-mengap.
"Aku udah mau ngecret sayang" desahnya dengan mempercepat enjotannya.
Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya
menyemprot deras didalam anusku.
"Mas enak benget deh", kataku lemes.
"Iya sayang, mas juga nikmat banget ngecret dilubang kamu", jawabnya.
"Besok kita main lagi, mas pengen ngecret di lubang kamu lagi".
"Iya mas-ku, besok kan minggu, jadi Bayu bisa ngentot sama mas terus",
jawabku.
Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku
tertidur kecapaian.

Begitulah cerita singkatku dengan Mas Arif sang duren kesepian. Aku suka
dengan kontolnya dan aku mau dientotnya sampai pagi, setiap hari…
Makasih ya mas, atas Pejuhnya… I Love U… Muah…

Aku Suami yang disetubuhi Marco

Namaku: Antonio (tapi sehari hari aku dipanggil TIO). Saat ini aku telah
berusia 35 tahun dan menurut banyak teman, aku adalah pria yang masih
cukup ganteng. Apalagi postur tubuhku yang cukup tinggi, atletis dan
terawat dengan baik.
Tinggi badanku 176 cm. Pantatku kekar dan padat dengan sepasang paha
yang kukuh. Dadaku yang bidang tampak kokoh dengan bentuk tubuhku yang
tegap.

Dahulu, 16 tahun yang lewat, sebagaimana lelaki sejati lainnya yang
hidup normal, aku sebenarnya sudah beberapa kali berpacaran dengan para
gadis sejak SMU dulu, tapi entah bagaimana awalnya setelah masuk kuliah
aku nekad mulai ikut ikutan beberapa teman mahasiswa yang coba coba
meladeni hasrat sesama lelaki dengan imbalan uang sekadarnya untuk
tambahan uang indekos.

Karena hanya iseng iseng, permainan sejenis itu terbatas cuma membiarkan
diriku dipeluk peluk, ditelanjangi dan dionani oleh sesama lelaki,
kadang kadang aku terpaksa juga membiarkan kemaluanku diisep oleh
mereka. Tak pernah lebih dari itu!.

Pergaulan yang menyimpang itu akhirnya membuat aku terjerat dalam
hubungan sejenis yang lebih dalam dengan seorang teman mahasiswa senior,
anak orang kaya, yang mengaku jatuh cinta kepadaku dan berjanji akan
membantu biaya kuliah serta tempat kost.

Tapi kenekadanku terjun kedua seks sejenis bukan tanpa resiko, karena
permainan seks yang dia lakukan semakin hari menjadi semakin bervariasi
tanpa bisa kutolak, termasuk disuruh ngisep kemaluan dia serta diajari
mensodomi dia; sampai akhirnya suatu hari, dia menuntut giliran aku
untuk menyerahkan kesucian tubuh telanjangku!. Dia berdalih dengan
alasan bahwa dia-pun telah berkorban untuk kusodomi, sampai aku terpojok.

Terus terang!, aku bimbang ingin menolak, tapi karena masih membutuhkan
uang untuk mencukupi biaya kuliah, aku terpaksa berpasrah dan harus
menerima perlakuan yang bertentangan dengan naluri kelelakianku; lalu
aku disodomi untuk pertama kalinya sampai keperawananku tercabik dan aku
digiring menjelajahi persenggamaan sejenis yang panas dan liar!.

Memang, tidak dilakukan setiap hari, tapi setiap kali giliranku tiba
untuk disetubuhi seperti perempuan, aku jadi ragu apakah aku masih laki
laki sejati yang normal atau bukan?, karena walaupun tidak sungguh
sungguh menikmati diriku disodomi oleh sesama jenisku, tetapi
kenyataannya, merasakan batang kontol laki laki yang menggempur lubang
anusku ternyata mampu melontarkan aku ke puncak klimaks kepuasan sampai
aku memuntahkan air mani.

Hubungan itu berlangsung beberapa lama sampai akhirnya dia harus pergi
keluar negeri untuk melanjutkan kuliah disana. Sejak itulah aku
bersusah payah kembali hidup wajar sebagai laki laki normal dan mulai
berpacaran dengan gadis gadis lagi, lalu mati matian berusaha melupakan
dunia sejenis.

4 tahun kemudian setelah lulus kuliah, aku mulai bekerja untuk membangun
karir dan masa depanku sampai akhirnya pada usia 27 tahun aku berani
menikahi Amanda, seorang gadis yang amat kucintai menjadi istriku yang
kemudian melahirkan anak anakku. Istriku tak pernah mengetahui masa
laluku yang kelam dan memalukan.

Itulah bagian hidup di masa muda yang aku coba lupakan sejak jaman
dahulu!. Sekarang aku bekerja sebagai manajer accounting pada sebuah
toserba yang cukup besar dikotaku. Sehingga aku banyak mengenal banyak
relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku
bekerja. Aku juga menjadi instruktur senam BL ditempat aku fitness.

Disinilah kisah yang akan kisah ironis antara aku dan Marco pertama kali
terjadi.

Sebagai seorang suami, aku adalah laki laki yang setia pada istri. Aku
berprinsip, sejak menikah dengan istriku, tidak boleh ada wanita lain
(apalagi laki laki) yang boleh menyentuh hati dan tubuhku, kecuali istri
yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu
dapat menjaga kesetiaanku.

Jangankan disentuh, tertarik dengan wanita lain atau lelaki, merupakan
pantangan buatku.

Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir aku pindah tugas diluar kota
yang jauh jaraknya dari rumah sehingga aku terpaksa berpisah sementara
dari istriku karena dia juga bekerja di sebuah perusahaan dengan jabatan
yang lumayan tinggi. Aku pulang 1 atau 2 bulan sekali untuk melepas
rinduku dan sekaligus menunaikan kewajibanku untuk memberi nafkah bathin
pada istriku.

Hidup berjauhan dari keluarga membuat aku kesepian tapi biar
bagaimanapun aku berhasil menghindari segala macam godaan sampai
akhirnya datang seorang mahasiswa S2 yang melakukan PI (Praktek
Industrial) ditempatku. Dan aku ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa
tersebut oleh bosku. Mahasiswa S2 yang masih muda itu memperkenalkan
dirinya bernama MARCO, berumur 25 tahun, Dia pemuda berdarah Ambon yang
berasal dari Maluku. Kuperhatikan dia dari atas sampai bawah, cukup
lumayan penampilannya. Walau Marco bukan seorang pemuda yang ganteng,
tapi dia berbadan tinggi besar dan kekar, tingginya sekitar 180 cm.

Ya, wajahnya tidak bisa dibilang tampan, bahkan cenderung kasar dan
beringas dengan kulit badan yang kehitaman sehingga sepintas membuat
orang ngeri berlama lama menatap wajahnya. Salah salah orang mungkin
akan menduga Marco seperti seorang preman yang tak kenal belas kasihan.

Sungguh!, saat itu aku tidak mempunyai pikiran miring atau punya
perasaan tertarik padanya.

Pada awalnya hubungan kami biasa-biasa saja, bahkan cenderung agak kaku.
Namun begitu, dibalik wajahnya yang keras dan penampilannya yang kasar,
Marco selalu bersikap baik padaku. Kuakui pula, ia pemuda yang simpatik.
Ia sangat pandai mengambil hati orang. Sehingga lama-kelamaan kekakuanku
berkurang dan kami berdua menjadi akrab. Bahkan aku sering meminta Marco
membantuku lembur dikantor. Dan jika begitu biasanya aku bercerita
tentang kehidupan rumah tanggaku. Sampai-sampai urusan diatas tempat
tidur kuceritakan padanya.

Kedekatanku dengan Marco bukan cuma terbatas pada urusan pekerjaan,
karena sepulang kantor aku dan Marco sering jalan atau pergi makan malam
bersama, bahkan pada malam minggu kami suka juga nonton berdua. Maklum
aku hidup sendiri dan Marco juga masih bujangan. Pernah kutanyakan
kenapa malam minggu dia tidak kencan dengan pacarnya, tapi Marco tidak
pernah sungguh sungguh menjawab pertanyaanku.

Terus terang, aku menikmati saat ditemani Marco walau tak jarang
kuperhatikan pandangan heran orang orang melihat kedekatan hubunganku
dengan seorang pemuda beringas berkulit kehitaman yang 10 tahun lebih
muda dariku. Mungkin ada juga orang yang menyangka aku ditemani oleh
seorang bodyguard atau preman yang bertugas melindungiku, karena
terkadang ada juga orang yang menyingkir ngeri setelah melihat perawakan
kekar Marco dan penampilannya yang keras.

Hingga suatu ketika, setelah sebulan Ia PI dikantorku. Sewaktu aku
sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Marco datang
menghampiriku.

" Permisi Bang, bisa ganggu gak? " Tegur Marco sopan.

"Ya ada apa Marc?" Jawabku.

"Ini.. ada beberapa yang saya gak ngerti bisa dijelaskan gak Bang?"
Marco bertanya lagi.

"Ooh bisa.. mana yang kamu kurang paham " aku menjawab lalu menyuruhnya
untuk duduk disampingku disofa.

Lalu aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih
bahan yang dia minta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan
laporannya, tapi sepanjang hari itu Marco tidak betul betul menyimak
pejelasanku, karena dia terus menerus memandang wajahku dengan pandangan
yang ganjil, tapi aku mengabaikan tanda tanda itu dan meneruskan
pekerjaanku.

Tapi sejak kejadian itu, Marco jadi sering menatapku sampai aku merasa
risih, malahan setiap kali bertemu, Marco seperti sengaja sering
menyentuh dan meraba tubuhku, bahkan dia juga sering mengajak aku makan
siang berdua dengannya.

Sikap Marco sehari hari sebenarnya tak berbeda dengan perilaku laki
laki biasa lainnya tapi melihat perhatiannya yang terlampau berlebih
terhadapku, aku mulai curiga kalau itu tanda tanda bahwa Marco adalah
tipe laki laki yang menyukai sesama jenis dan sedang "naksir" padaku.
Tapi kenapa pemuda macho yang keras dan beringas kok bisa naksir pada
laki laki yang berumur jauh lebih tua seperti diriku?, apa justru umurku
yang membuat dia tertarik padaku?.

Suatu hari pada jam makan siang aku sengaja ke ruang-istirahat yang
tersedia dikantorku untuk beristirahat dan tidur tidur ayam karena malam
sebelumnya aku kerja lembur dirumah sampai jam 3 pagi sehingga aku
merasa amat ngantuk. Kebetulan ruang istirahat sedang kosong melompong
sehingga aku dengan santai dan tak terasa aku terlelap diatas sofa.

Tetapi, ya ampun!, mendadak aku terbangun karena, tiba-tiba aku
merasakan ada benda yang hangat menyentuh bibirku. Tidak hanya
menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Awalnya aku
belum sepenuhnya sadar, maka aku langsung membuka mata, dan astaga!,
ternyata wajah Marco sangat dekat dengan wajahku dengan tangannya
membelai rambutku dan bibirnya sedang melumat mulutku dengan ciuman yang
panas. Ahh!, Aku terkejut!. Seharusnya aku mendorong tubuh Marco dan
menolak ciumannya tapi aneh!, aku justru tidak berusaha menghindar!!.

Untuk beberapa lama, Marco masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku
juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga tak
sadar membalas lumatan bibir Marco. Sampai kemudian aku tersadar, lalu
kudorong dada Marco hingga ia terjengkang kebelakang.

"Marc apa apa sih ini??" kataku dengan nada bergetar menahan rasa malu
dan sungkan yang menggumpal dihatiku.

"Maaf Bang, mungkin saya terlalu nekat. Seharusnya saya sadar Bang
adalah seorang laki laki yang sudah beristri. Tapi inilah kenyataannya,
Aku menyukai Bang Tio, aku SAYANG Bang Tio"

ujarnya lirih sambil meninggalkanku.

Seketika itu aku merasa sangat menyesal, aku merasa telah mengkhianati
istriku. Tapi aku tidak pernah marah dengan perbuatan Marco itu.
Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarenakan
permasalahanku yang berjauhan dengan istri sehingga menerima begitu saja
semua perbuatan Marco padaku. Ataukah aku telah kambuh lagi seperti pada
masa mudaku, menyukai sesama lelaki seperti Marco, pemuda yang usianya
jauh lebih muda dariku. Sekali lagi, aku tidak tahu. Apakah Marco sudah
membaca gelagatku bahwa aku pernah menyukai sesama jenisku?.

Dan ajaib!, sejak kejadian luar biasa itu, aku bukannya menghindar, tapi
justru kebalikannya!, aku jadi semakin mengagumi sikapnya yang macho,
kegagahan tubuh atletisnya dan semangat darah mudanya yang penuh
kesegaran. Ya!, dia memang laki laki yang amat maskulin dan keras tapi
kuakui aku semakin terpesona oleh penampilan Marco yang menawan hatiku
sehingga aku semakin tak karuan menghadapi pekerjaanku karena
dipikiranku cuma ada Marco dan Marco, dan Marco....!.

Rupanya Marco sering memergoki tatapan mataku sehingga dia sadar bahwa
dirinya sering kuperhatikan, lalu dia mengedipkan sebelah mata dan
tersenyum kepadaku.

Tapi biar bagaimanapun, dihadapan orang orang, sikap aku dan Marco
sehari hari tidak berubah!, tetap seperti biasa dan tetap berteman akrab
atau pergi makan dan nonton berdua. Sepertinya kami berdua sepakat
menghindari pembicaraan mengenai insiden ciuman tempo hari. Tapi aku
yakin, didalam hati masing masing, kami sebenarnya memikirkan kejadian
waktu itu.

Hingga akhirnya, suatu hari aku ditugaskan selama 4 hari untuk suatu
pekerjaan di luar kota bertiga dengan staff Audit bernama Mas Harjo,
dan…. siapa lagi?, juga Marco...!. Pada hari yang ditentukan kami
berangkat bersama dari kantor tapi ternyata Mas Harjo berniat mengajak
Rika tunangannya untuk menemani dia, dengan syarat tidak boleh ada orang
kantor yang mengetahuinya. Mas Harjo usianya sudah 50-an tahun, sudah
cukup tua, tapi dia masih bujangan, tepatnya duda!, karena dia sudah
bercerai dari istri pertamanya sehingga sekarang dia bebas bergaul dan
mendekati wanita yang dia sukai.

Sesuai peraturan perusahaan, kami seharusnya tinggal di penginapan
bertiga dalam satu kamar, tetapi karena Mas Harjo mengajak tunangannya,
dia terpaksa menyewa kamar tersendiri sedangkan aku tinggal berdua
sekamar dengan Marco dan kebetulan letak kamarnya bersebelahan dengan
kamar Mas Harjo.

Sebenarnya aku was was tinggal sekamar dengan Marco. Aku khawatir kalau
kedekatanku dan tinggal sekamar dengannya bisa menjadi penyebab
sebenarnya yang bisa menjerumuskan aku kembali kedunia seks sejenis.
Tapi untunglah pada hari pertama itu kami langsung disibukkan oleh
pekerjaan sampai malam hari sehingga kami terpaksa makan malam di
jalanan dan baru kembali ke hotel hampir menjelang tengah malam.

Setelah mandi dan beres beres, aku dan Marco duduk menonton TV di kamar
tapi ketenangan kami terganggu karena mendengar suara gaduh dari kamar
Mas Harjo dan Rika disebelah.

Aku dan Marco mengobrol soal suara suara itu dan tertawa cekikikan
membicarakan Mas Harjo dan dan pacarnya dikamar sebelah. Apalagi, Mas
Harjo dan pacarnya sengaja mendesah-desah hingga kedengaran ditelinga
kami. Sejujurnya aku deg-degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah
yang mirip suara orang terengah-engah itu. Entah kenapa dadaku semakin
berdegup kencang ketika aku mendengar desahan itu dan membayangkan apa
yang sedang mereka lakukan dikamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan
Marco diam terpaku.

Suasana beraroma birahi sepertinya ikut memenuhi udara di kamar kami
juga dan ....tiba-tiba Marco merangkul bahuku yang saat itu sedang duduk
disampingku diatas sofa. Tanpa berkata apa-apa dia lancang langsung
mencium bibirku!. Duh...!, Aku tidak sempat menghindar, bahkan sekali
lagi aku membiarkan bibir Marco menempel kebibirku hingga beberapa saat.
Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus Marco
melumat mulutku. Lidah Marco menelusup kecelah bibirku dan menggelitik
hampir semua rongga mulutku.

Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu
tengkukku merinding. Oooooohhhhh.....!.

Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Marco supaya ia
melepaskan pelukannya pada diriku.

"Marc, jangan Marc, ini enggak pantas kita lakukan..! " kataku terbata-bata.

Marco memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang
kekar dan kuat masih tetap memeluk bahuku dengan erat. Aku juga masih
terduduk disampingnya.

"Kenapa nggak pantas Bang?, toh Bang Tio jarang ketemu sama Istri. Bang
Tio juga suka sama Marco kan??. Beri aku kesempatan Bang"

Ujar Marco yang terdengar seperti memaksa..

Aku tidak mengerti bagaimana Marco begitu penuh percaya diri?, dan
kenapa dia seperti tahu bahwa aku tidak akan menolak dirinya?.

Setelah itu Marco kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi
seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif
dan diam, namun harus kuakui, Marco sangat pandai mengobarkan naluri
sejenis di alam bawah sadarku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku
benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan birahi sejenis.
Bahkan dengan Istriku sekalipun belum pernah aku merasakan rangsangan
sehebat ini.

Berduaan didalam kamar yang tertutup dalam keadaan saling berdekapan
dengan laki laki yang disukai menimbulkan godaan godaan yang tak
terbendung. Jelas jelas tindakan Marco menjurus kearah birahi, nafsu
dan seks, apalagi dia begitu agresif!..

Aku dapat merasakan napas Marco mulai terengah-engah karena nafsu
birahi. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku
pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar
kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Marco yang kekar itu membuka
kancing kemejaku. Tak ayal lagi, dada bidangku yang atletis itu terbuka
didepan Marco. Secara refleks aku masih coba berontak.

"Cukup Marc! Jangan diterusin Aku takut.." Kataku sambil meronta dari
pelukannya.

"Takut dengan siapa Bang? Toh gak ada yang tahu. Percaya sama Marco deh.
Aku akan menyenangkan Bang Tio "

Jawab Marco dengan napas memburu.

Seperti tidak perduli dengan protesku, Marco yang telah melepas bajuku.
Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab
tubuh Marco yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat,
lagipula aku tidak benar benar melawan, karena selama belasan tahun
didalam hati kecilku aku merindukan perlakuan laki laki seperti ini.

Kekasaran sikap Marco yang menjamah tubuhku dan mencumbui jiwaku, terasa
begitu menggetarkan bathinku sehingga rasa haus dahaga terhadap
keperkasaan laki laki jantan yang selama ini terpendam jauh di alam
bawah sadarku seperti dibangunkan dari persembunyian.

Kini, dipelukan Marco, tubuhku yang bertelanjang dada aku masih berpura
pura berontak. tetapi dengan cepat tangan Marco memegangi lenganku dan
merentangkannya. Setelah itu Marco mengangkat dan merebahkan tubuhku
ditempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Marco melumat puting tetek
di dada bidangku sementara salah satu tangannya juga langsung
meremas-remas puting dada yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas ia
menjilati dan meremas dan menggigiti dengan gemas. Itulah titik
kelemahan yang bisa membuat gairahku langsung terangsang...!.

Aku meratap didalam hati: Duuuuh maafkan aku istriku....!, maaf aku
yang tak mampu menolak gairah yang bergolak ini.

Ampuuuuni aku istriku.....

Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan
mengerang karena rangsangan gairah yang mencengkeramku. Aku
menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat
ketika bibir dan lidah Marco menjilat dan melumat puting di dada bidangku.

" Abang.. aku nafsu sama abaaaang. Aaa.. aku makin nggak ta.. tahan.. ,
sayang.. , " Kata Marco terputus-putus karena nafsu birahi yang kian
memuncak. Dan dia mulai menyebutku dengan kata "sayang"

Kemudian Marco turun menciumi dan menjilati perut dan pusarku. Dengan
lidahnya, ia pandai sekali mengelitik dada bidangku hingga perutku.

Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora
itu. Aku tak heran Marco begitu agresif dan terlihat berpengalaman,
karena sebagai pemuda berumur 25 tahun, dia sudah bukan remaja yang
masih "hijau" dan pasti sudah sering digoda oleh para pengagum yang
memuja lelaki macho yang gagah.

Kemudian tanpa kuduga, Dengan cepat Marco melepas celana dan celana
dalamku. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan
tenaga kuat kuat yang dimiliki Marco, dengan mudah ia menaklukkan
perlawananku.

Sekarang tubuhku benar-benar telanjang total dihadapan Marco. Sungguh,
sejak aku menikahi istriku dulu, aku belum pernah sekalipun telanjang
dihadapan wanita lain, apalagi laki-laki, kecuali dihadapan Istriku.

Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti
ini. Tetapi kini, Marco berhasil menguasaiku. Sementara aku seperti
pasrah tanpa daya.

"Marc, tolong jangan diteruskan Maaaarrrccc...aa..... Aku tidak ingin
merusak keutuhan perkawinanku..! "

Pintaku sambil berbaring tanpa daya diatas ranjang dalam keadaan
sepenuhnya telanjang bulat.

"Abaaang.... Apa abang. nggak kasihan padaku sayang..? , aku sudah
terlanjur terbakar.. , aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. mohon "

Kata Marco kembali menyebutku "sayang" dan masih dengan terbata-bata
dengan wajah yang memelas.

Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur
terbakar birahi, aku akhirnya diam ketika Marco kembali menyergap
tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggerayangi sekujur tubuhku,
sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan
kakiku. Heran aku jadi menikmati perasaan tak berdaya didalam dominasi
Marco yang begitu menguasai diriku. Mataku benar-benar merem-melek
merasakan kenikmatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.

Tiba-tiba Marco beranjak dan dengan cepat melepas sendiri semua pakaian
yang menempel ditubuhnya.

Kini Marco sama sama telanjang bulat-bulat seperti aku. Yyaaaa
ampuuuuun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar
dengan sesama lelaki berumur jauh lebih muda yang sedang bernafsu...!,
ooohh. Aku melihat tubuh Marco yang memang benar-benar atletis, besar
dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar
dibandingkan dengan teman temanku yang berperawakan sedang-sedang saja.

Astaga!, yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda
diselangkangan Marco. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku
itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir
tidak kurang dari 20an cm, jauuuh lebih besar dari kemaluan punyaku,
sementara besarnya sekitar 2 sampai 3 kali lipatnya. Sungguh aku tak
percaya, laki-laki semuda Marco memiliki penis sebesar dan sepanjang ini.

Ternyata betul laki laki berdarah Ambon yang berdarah panas rata rata
memiliki alat kelamin yang berukuran raksasa!. Kini kusaksikan dengan
mata kepalaku sendiri kedahsyatan ukuran kemaluan lelaki Ambon yang
begitu luar biasa!.

Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran. Sejenak aku
sempat membayangkan kerusakan fatal yang bisa terjadi apabila penis yang
besar dan keras itu dientotkan ke vagina perempuan. apakah wanita akan
merasa nikmat??

Marco memergoki tatapan mataku.

"Besaran mana sama milik Bang Tio hayoo..? " Goda Marco.

Aku tidak menjawab karena kenyataannya aku mengakui, penis Marco jauh
lebih panjang dan lebih besar dibandingkan punyaku. Padahal usia Marco
jauh lebih muda.

Kini tubuh telanjang Marco mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika
merasakan dada bidang Marco menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang
melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru
kali ini kurasakan lagi dekapan sesama lelaki. Aku menggeliat geliat dan
Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal
lelah menggerayangi sekujur tubuhku.

Sekali lagi, sudah lama sekali aku tidak pernah kurasakan sensasi dan
rangsangan sedahsyat ini.

Marco memaksaku tetap berbaring telentang diatas tempat tidur.
Selanjutnya dia berjongkok dari tepi tempat tidur. Kedua kakiku
ditekukkannya ke atas. Mulutnya segera menari-nari didaerah
selangkanganku. Kontolku yang tegak mengacung keras dioralnya dengan
buas. Mulutnya tak henti menghisap, lidahnya terus menjilat, giginya
sesekali menggigit-gigit lembut batang kontol dan buah pelirku yang
penuh jembut.

Ohhhhhh......mengapa begitu nikmat??. Mengapa aku bisa menikmatinya???.

Tiba-tiba terbersit bayangan istriku dimataku. Ooooh... Aku merasa
bersalah pada istriku, karena ternyata aku menikmati cumbuan sesama
lelaki lagi. Lobang pantatku yang sudah bertahun tahun tak tersentuh
laki laki juga tak lupa dikerjai Marco. Kenapa dia tak merasa jijik
menjilati lobang pelepasanku itu?. Mengapa lidahnya tak sungkan-sungkan
menerobos celah sempit itu?. Aku mengerang-erang diantara rasa nikmat
yang kurasakan. Deru nafasku memburu bak banteng liar marah.

Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang basah berlumuran air liur
yang masuk dan menggelitik lubang anusku. Ternyata Marco nekat
memasukkan jari tangannya kecelah pantatku.Ia memutar-mutar telunjuknya
didalam liang duburku, menggelitik prostatku, sehingga aku benar-benar
hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat
serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku
memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih pura pura berusaha menolaknya.

"Marc, jangan dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..!" Pintaku.

"Tidak apa apa, jangan takut sayang...!" Dan lagi-lagi Marco tidak
menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku,
lalu bibir dan lidahnya melumat habis selangkangan dan pantatku. Aku
tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan
kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Marco yang masih
melahap batang kemaluan dan jari tangannya yang dimasukan ke lubang
pantatku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi.

Rasanya geli, enak, dan sedikit sakit. Oooooohhhh...... tapi sakitnya
tak sebanding dengan rasa enaknya. Begitu nikmat. Tak kusangka lobang
pantat bila disodok-sodok dengan jari seperti ini ternyata enak.

Napas Marcopun sudah mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah
meningkat. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar
dihadapanku dan aku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.

Jari jari tangan Marco terus mengorek-ngorek lobang pantatku dan mencoba
melebar-lebarkan lobang sempitku itu. Mulutnya tak henti menghisap
batangku. Lobang pantatku sepertinya mulai semakin melebar. Kini dua
jari Marco sudah bisa masuk kedalam. Lobang pantatku terasa penuh. Aku
semakin terangsang oleh isepan mulut Marco yang demikian hebat. Tubuhku
basah bersimbah keringat. Begitupun tubuh Marco.

Melihat gelagatku yang sudah tak berdaya dikuasai nafsu birahi, Marco
beranjak dan dengan cepat ia menindihku dari atas. Dari kaca lemari yang
terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuhku
seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Marco yang tinggi besar
mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca
lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh sesama
lelaki yang juga sedang telanjang bulat.

Marco kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi,
aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulut Marco. Marco terpejam merasakan seranganku,
sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan
dilepas lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi
masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh
Marco. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal
mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika
kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Marco.
Mendadak sepasang paha kukuh Marco menggeser kedua kakiku sampai
selangkanganku terbuka lebar lalu kurasakan batang zakar itu mengganjal
tepat dibibir lubang duburku yang sudah licin dan basah berlepotan air
liur. Rupanya Marco nekat berusaha memasukkan batang penisnya
kepantatku. Tentu saja aku tersentak dan menolak...!!.

Marco kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi,
aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulut Marco. Marco terpejam merasakan seranganku,
sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan
dilepas lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi
masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh
Marco. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal
mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika
kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Marco.
Mendadak sepasang paha kukuh Marco menggeser kedua kakiku sampai
selangkanganku terbuka lebar lalu kurasakan batang zakar itu mengganjal
tepat dibibir lubang duburku yang sudah licin dan basah berlepotan air
liur. Rupanya Marco nekat berusaha memasukkan batang penisnya
kepantatku. Tentu saja aku tersentak dan menolak...!!.

"Marc.. jangan dimasukkan..! " Kataku sambil tersengal-sengal menahan
nikmat.

Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku
yang lain sejujurnya aku juga penasaran ingin merasakan bagaimana
rasanya batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang anusku.

"Taangguung, saayang. Aku nggak tahhan..! " Ujarnya dengan terus
menggesek gesek bibir duburku secara perlahan.

Ah dasar laki laki!, Marco tahu persis kalau aku sudah dimabuk oleh
gesekan batang kejantanan sesama lelaki,

Marco menggenggam lenganku, kemudian dia menahanku dan kini dia menindih
badanku dengan badan dia sampai aku tidak bisa bergerak, aku melihat
wajahnya yang agak memerah, dengan nafas tersengal-sengal keringatnya
menetes di wajahku. Dia memagut bibirku, dan aku begitu bernafsu ketika
Marco menciumiku.

Aku merasa sangat gugup dan takut, aku melepaskan ciumanku dan berusaha
menolak Marco. Marco pun mulai memaksa, dia menepis tanganku dengan
sangat nafsunya Marco menggenggam kedua tanganku ke atas kepalaku dan
dia menggenggam kedua tanganku dengan hanya sebelah tangan saja, aku
tidak berdaya.

Aku panik dan ketakutan "Marco jangan! aku takut!" suaraku bergetar
pelan karena ketakutan,

"Sssssttt...." Marco menyuruhku untuk diam tetapi aku semakin ketakutan
"Aku sayang sama Abang..."

bujuknya.

Marco mulai menaikan satu kakiku keatas pundak dia, perlahan-lahan dia
memasukan kontolnya pada pantatku, aku merasakan pantatku seperti di
masuki benda aneh yang besar dan sangat panas, kulihat wajah Marco yang
dekat denganku dengan ekspresi agak menahan,

"Nnnngghh...Nnnnnnngh!!!..

Marco mendorong kontolnya penuh memasuki pantatku, "Aaaaa! AAAAAH!!" aku
mengerang kesakitan, rasanya pantatku seperti merobek dengan lebar,

"aaah, aaah. Marco sakiiiiiit"

aku memelas pada Marco.

Marco hanya diam dan bernafas berat di dekat hidungku , Marco menarik
kontolnya, aku menahan rasa perih ketika Marco menariknya dengan
pelan-pelan, aku merasa agak lega karena Marco mengampuni aku.

Tetapi tiba-tiba cengkraman Marco semakin kuat, mukanya memerah kemudian
dia mendorong kontolnya lagi sekaligus dengan cepat,

„AAAAH!! Marco!! Udah!! SAKIIIT....!!!"

aku memohon dan menangis karena rasanya sungguh sakit sekali dan seluruh
batang kontol laki laki itu terbenam seluruhnya sampai amblas!..

"Sabar sayaaaang..... nanti enggak sakit lagi.... sabar yaa sayaaang…!"
Marco merayu padahal yang sebenarnya dia lakukan adalah menggagahi aku,
ya!, memperkosa aku secara paksa!.Nafasnya terdengar lebih berat lagi
dan keringatnya menetes-netes di wajahku, dia mulai mendorong mundur
maju kontolnya, aku sudah mengeluh kesakitan padanya dan menutup mataku

„aaaduh!! Udaaaah!! Sakiiiiiit!!

Marco!! Marcoooooo!!!"

Marco tidak memperdulikan kata-kataku dia terus memperkosa aku untuk
melampiaskan nafsunya, karena aku terus-terusan mengeluh, lalu dia
mengulum bibirku dengan nafsunya sampai aku tidak bisa berteriak lagi.

Setiap dorongan, Marco mendengus sangat keras dan nafasnya memanasi
wajahku sampai wajahku berkeringat, aku mulai merasa agak tenang dan
menahan sakit karena aku menghirup nafasnya yang wangi itu.

Entah berapa lama, Marco menyetubuhiku dengan tikaman tikamannya tapi
astaga!, lama-lama aku merasakan kenikmatan di seling rasa sakitnya itu,
tetapi tetap saja rasa sakit yang luar biasa itu melebihi dari rasa
kenikmatannya itu.

"Eehhhhmmmmmm......Eehhhhmmmmm..... , oooooohhhh Marcooooon...." Aku
tetap mengerang kesakitan, tanpa sadar aku terus memanggil nama Marco
berulang-ulang karena rasa sakitnya itu. Tentu saja Marco semakin
bersemangat karena aku terus memanggil namanya itu. Saat aku membuka
mataku, kulihat melihat ekspresi wajah Marco yang sedang bernafsu,
terlihat amat erotis.

"Ayo sayang!, digoyang Yank...., goyang pantatnya, supaya aku tambah
enak....!" pinta Marco

"Jangaaan Marc...!" jawabku, tapi tanpa sadar aku pun mengimbangi
genjotan Marco dengan menggoyang pantatku. Kini tubuhku seperti timbul
tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya
Marco. Semakin lama, genjotan Marco semakin cepat dan keras, sehingga
badanku tersentak-sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. ,
cleep.. , begitulah bunyi batang zakar Marco yang terus memompa
selangkanganku.

"Ooooohhh Marc.....! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! " Erangku berulang-ulang.

Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan
selama belasan tahun ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang
kesetiaan kepada Istriku. Marco benar-benar telah menenggelamkan aku
dalam gelombang kenikmatan seks sejenis. Persetan, toh aku sendiri sudah
jarang mendapatkan kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini dari
siapapun dimuka bumi ini.

Bulu kudukku merinding dan aku menjerit didalam hati: Duuuuh
ampuuuuniiiii aku istriku....!,

maafkan aku yang tak mampu menolak nafsu biarahi yang berkobar ini
ini. Maaaafkan aku istriku.....

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang makin menjalar
disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah gencetan tubuh
Marco. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir
Marco dan kupeluk erat-erat.

"Marcoooo..... aakkuu.. haampiir.. keluaaaaar..! " desahku meraskan
kenikmatan yang yang semakin mendesak. Saat tahu aku hampir klimaks,
Marco semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya
keselangkanganku sambil menghisap leherku sampai timbul lagi cupank
berwarna merah.

"Ayo mama, keluarin aja mama...., Mama enak yaaa?, mama suka dientot
kan?" Marco meracau.

Astaga!, ditengah nafsu birahinya ternyata Marco mulai memanggil aku
"Mama", seperti pada pasangan betinanya.

"Ayo keluarin.. mamaa saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! "
Desah Marco.

Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Marco yang kuat.
Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.

"ooh.. aauuhh.. aakkuu.. keluaaaar.. Marcooooo.....! " Jawabku.

Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Marco, sedangkan
tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar
batang kemaluan si Marco dapat menancap sedalam-dalamnya dan
Creetttt....!, creetttt...!, creetttt...!!, air maniku memancar keluar
bagai semprotan, terlempar ke dada dan perutku sampai basah semua.

"Nikmat maaaa?, Mama puas dientot Marco Ma...?" katanya

Gila!, Kok aku bisa klimaks walaupun batang kontolku sama sekali tak
dikocok kocok. Padahal jika dengan Istriku, untuk klimaks aku harus
menggesek gesek tanpa henti.

Tentu saja ini semua karena Marco adalah laki laki yang tahu persis
bagaimana memberi kepuasan pada sesama lelaki.. Walau usiaku terpaut
jauh dan Marco jauh lebih muda tapi batang kejantanan dan permainannya
memang sangat luar biasa dan nikmat luar biasa buat lubang pantat laki laki.

Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Marco
juga menghentikan genjotannya.

"Aku belum keluar mamaaa sayang.. Tahan sebentar ya maaa.. Aku terusin
dulu..! "

Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.

Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Marco memompa terus liang
duburku. Karena lelah, aku pasif saja saat Marco terus menggumuliku.
Tanpa perlawanan, kini badanku benar-benar tenggelam ditindih tubuh
atletis Marco. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat
selangkanganku yang dihajar batang kejantanan Marco. Gila, tak sangka
duburku bisa dimasuki penis sebesar itu.

Marco semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara
mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan leherku. Mendapat
rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali.
Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan
kencang dipompa Marco. Maka aku balik membalas ciuman Marco, semantara
pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Marco yang masih
perkasa menusuk-nusuk lubang anusku.

"Mamaaaa ingiin.. lagii..? " Tanya Marco.

"Eehhhh...." Hanya itu jawabku dengan perasaaan malu.

Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.

Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Marco.
Marco yang menindihku dari atas hanya dapat merem-melek karna kenikmatan
yang kuberikan, lalu diapun menyedot leherku sampai meninggalkan cupank
merah,.

"Tuuh.. biisaa goyang kaan..! Kaatanya taa.. dii.. Mama nggak mau......
" Kata si Marco sambil membalas menciumku dan meremas-remas dada bidangku.

"Mama suka kontol kaaan...??, Mama suka dientot kaaann.....?" Marco
terus meracau dengan kata kata kotor untuk membakar gairahku.

Sedangkan aku cuma bisa merintih, melenguh dan mengerang diberi
kenikmatan oleh gempuran batang kejantanan sesama lelaki. Tubuhku
menggelepar gelepar bagai seekor ikan sekarang karena deraan kenikmatan
yang merasuki tubuh dan jiwaku.

Hanya selang sepuluh menit, lagi-lagi kenikmatan tak terkira menderaku
dan Marco semakin keras menghunjam-hunjamkan batang penisnya kedalam
lubang duburku. Tubuhku makin erat mendekap Marco. Tangan Marco menarik
bibirku supaya dibuka lalu dia meludahkan air liurnya berkali kali
kedalam mulutku yang lansung aku minum kedalam tenggorokanku dengan
penuh dahaga....

"Maaaarccc.. aakuu.. haampiir.. keluaaar.. laaggii.. ssaayaang..! "
Kataku terengah-engah.

Tahu kalau aku akan klimaks untuk yang kedua kalinya, Dengan napas yang
terengah-engah, Marco semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal
lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat
itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Marco kupeluk
sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.

Akhirnya aku tak bisa lagi terkontrol!. Tanpa bisa kutahan tubuhku
mengejang. Batang kontolku terasa berdenyut-denyut dan
Aaaaaarrrrrrggghhhhhh......!!!, . Segera saja spermaku berlompatan,
menyembur keluar dari lobang kencingku untuk kedua kalinya.
Creetttt....!, creetttt...!, creetttt...!!,Menyemprot keluar membasahi
dada dan perutku.

Tubuhku terasa ringan. Aku tergolek lemas tak berdaya diatas tempat
tidur. Tubuhku basah kuyup dengan keringat yang mengalir deras keluar
dari pori-poriku. Marco yang juga berkeringat, berdiri tegak dengan
batang yang sekeras batu. Ia menatapku sambil tersenyum puas.

"Bagaimana Bang ganteng, kamu menikmatinya kan??," tanyanya padaku.

Aku tak tahu harus menjawab apa. Yang pasti apa yang baru saja kualami
bersamanya begitu nikmat. Akhirnya aku mengangguk lemah menjawab
pertanyaannya. Tapi aku tahu dia sendiri belum sampai klimaks.

Sambil tetap membiarkan batang kontolnya tetap tertanam didalam duburku,
tangan Marco mendadak meraup tumpahan air mani diperut dan dadaku, lalu
menjulurkan jari jarinya yang basah berlepotan ke bibirku:

"Ayo jilat Ma... Jilat...". dTak mampu menolak aku membuka bibir dan
membiarkan Marco memasukan jari jari tangannya kedalam mulutku lalu
kujilati lelehan air mani dan kutelan air maniku sendiri. Tenggorokanku
yang kering akibat memacu birahi bersama Marco tadi terasa asin. Aku
menelan dengan lahap. Marco tertawa melihatku.

Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Marco
mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat
seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak
bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Selama 10 menit kemudian,
genjotannya di pantatku semakin cepat dan keras.

Marco terlihat begitu bernafsu „aah...aaaaah!...AAAAAAAAH!!" tiba-tiba
aku merasakan kontol Marco berguncang-guncang dan rasanya semakin
membesar, rasa sakit yang dashyat pun mulai kembali

"aduh, aduh, aduh!! Aah..AAH!!.." aku kesakitan.

Tiba-tiba tangan Marco membungkam mulutku, „NGGGGGGHHHH!! NNNGGGGGHHH!!"

aku pun menjerit dalam bungkaman tangan Marco karena kesakitan dan
karena guncangannya semakin dashyat dan terus membengkak, rasanya ada
sesuatu yang panas menyembur di pantatku dan masuk kedalam perutku

„AAAAAAAAAH!!! AAAAAAAAAAAAH!!! AAAAAAAAAAH!!!" Marco berteriak lebih
keras lagi seiring spermanya muncrat keluar dari kontolnya di dalam pantatku

"AAAH! AAAH!! AAAH! AAAAAH!! ENAAAK!! ENAAAK!!!! AAAAAAAH!! AAAAAAH!!!

Gila, sperma Marco luar biasa banyaknya, sehingga seluruh liang duburku
terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya, sperma Marco
belepotan hingga ke bibir dubur dan pahaku.

Marco mengerang keras sekali, wajahnya benar-benar merah seperti
terbakar, tangannya gemetaran, keringat bercucuran dimana-mana. Aku
melihat air liur dan air mata Marco mengalir karena rasa puas luar biasa
yang dia rasakan.

Rasanya aku melemas mendengar erangan Marco lebih keras meskipun aku
merasakan sakit yang luar biasa sekali.

„aaah...aah......aah ....aaah..aaah" erangan Marco pun mereda, tetapi
nafasnya masih tersengal-sengal, dia membuka matanya, matanya terlihat
berair dan jernih sekali, aku pun merasakan sesuatu yang cukup aku
risaukan ketika aku melihat matanya, sepertinya aku merasa menyukai
Marco!! tangan Marco masih gemetaran, dia membelai rambutku, kemudian
dia menarik tubuhku dan menyenderkan pada senderan kasurnya.

Perlahan Marco mencabut kontolnya dari pantatku, aku menyaksikan sesuatu
yang sangat mengerikan, aku melihat kontol Marco dan pantatku bersimbah
cairan sperma dan darah!. Meskpiun aku merasakan agak perih karena
lecet-lecet, tetapi aku merasa sedikit agak puas dan lega karena
akhirnya selesai juga. Marco terduduk lemas, jantungku berdegub kencang
sekali, sekarang Marco sungguh terlihat sangat jantan dan tampan sekali
dihadapanku, pikiranku terhadap istriku sudah agak buyar karenanya.

Marco pun mendekati aku "masih sakit Ma?",

Dia tetap memanggil aku "Mama", tapi aku tidak keberatan. Aku
menganggukan kepalaku,

„Maaf ya Ma..." Marco meminta maaf padaku, kini wajahnya terlihat sangat
imut sekali ketika dia berekspresi menyesalnya, aku pun memegang
wajahnya dan senyum kepadanya

Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Marco.

Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan
terhadap perkawinanku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk
perasaanku.

"Maafkan aku Bang Tio. Aku telah khilaf dan memaksa Bang Tio melakukan
perbuatan ini "

Ujar Marco dengan lirih.

"Tidak apa-apa.. kamu sudah terlanjur melakukannya.. ini pertama kalinya
untukku... aku rela kalau kamu menikmatinya.."

Aku pun menciumnya lalu memeluknya,

Tapi aku merintih didalam hati: Duuuuh maafkan aku istriku....!,
ampuniii aku yang telah menikmati kenikmatan dari sesama lelaki.

Ampuuuuni aku istriku.....

Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing.

Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut
kami berdua.

"Heei sudah siang lho.. ayo pulang..! " terdengar ketukan pintu dan
suara teriakan dari luar.

Karena terkejut, tanpa berfikir dulu, Marco langsung melilitkan handuk
dan dia loncat membuka pintu dan astaga!, disitu berdiri Mas Harjo sudah
berpakaian rapi yang sedang membangunkan kami.

"Ayo kita harus buru buru sarapan dan pulang" kata Mas Harjo sambil
langsung masuk kedalam kamar dan melihat aku masih diatas kasur.

Degh..!!. Tiba tiba Mas Harjo terlihat keheranan. Raut kebingungan
menyentak logikanya.

"Lho Marc, kalian ngapain berdua sampai berantakan begini? " Kelakar Mas
Harjo.

"Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi " Jawabku degan perasaan
malu. Sementara Marco cuma tersenyum.

Tapi disitu Mas Harjo tercenung melihat dengan mata kepala sendiri bahwa
aku berbaring di kasur masih dalam keadaan telanjang bulat cuma
terhalang oleh bantal yang kututupkan di bagian bawah perutku. Sedangkan
Marco bertelanjang dada, hanya berbalutkan secarik handuk kecil.

Ranjang tempat tidur berantakan seperti habis ada pertempuran dan
kemeja, celana, serta celana dalam kami berserakan diatas lantai. Dan
Mas Harjo bisa melihat deretan cupang merah yang Marco buat disepanjang
leherku.

Mas Harjo, menatap heran dengan mulut setengah terbuka, tapi dengan
bijaksana dan tanpa berkata kata dia langsung keluar sambil berkata pendek:

"Ayo sebentar lagi kita sarapan".

Aku tidak tahu apa yang Mas Harjo fikirkan setelah melihat keadaan aku
dan Marco didalam kamar barusan. Perasaan malu luar biasa menderaku dan
kulihat Marco juga agak gugup, tapi dia rasanya sama sekali tidak peduli.

Dalam suatu kesempatan Mas Harjo bertanya kepadaku secara hati hati:
"Kamu berteman 'dekat' dengan Marco?"

.

Dipojokkan seperti itu, aku jadi bingung tak tahu harus menjawab apa,
tapi secara arief Mas Harjo menepuk bahuku :

"Tidak apa apa Tio!, itu rahasia kalian berdua. Aku juga pernah muda
seperti kamu dan bisa mengerti keisengan kalian"

.

Degh..!, aku terkejut. Ternyata Mas Harjo menganggap perbuatanku dengan
Marco cuma sekedar iseng iseng, padahal sesungguhnya aku dan Marco
melakukan itu karena memang menikmati hubungan sejenis.

Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi menginjak
minggu kedua muncul rasa rindu pada Marco.
Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikmatan luar biasa yang
telah diberikan Marco. Aku selalu terbayang keperkasaan Marco diatas
ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh Istriku. Pernah aku tak
sengaja kepergok Mas Harjo sedang melamun :

"Kamu kangen sama Marco ya?"

tanyanya tulus, tanpa nada mencemooh... ahh rupanya Mas Harjo sudah
maklum dan mengerti kekhususan hubunganku dengan Marco

Penyesalan yang bercampur aduk dengan kerinduan itu terus menerus
membuat hatiku bimbang sehingga awalnya aku terus menerus berusaha
menghindari pertemuan dengan Marco.

Tapi percuma!, Marco terus berusaha mendekatiku.

Ternyata, setelah satu kali mencicipi enaknya disetubuhi oleh sesama
lelaki lagi dan merasakan kejantanan Marco diatas ranjang, akhirnya aku
takluk sampai bertekuk lutut.

Aku menyerah pada kegagahan Marco dan keperkasaan dirinya. Kuserahkan
tubuh dan jiwaku pada seorang pemuda berumur 25 tahun yang menginginkan
diriku menjadi miliknya!.

Maka sejak itu, hampir rutin setiap minggu Marco melepas hasratnya
padaku yang selalu kulayani dengan penuh harapan. Dan tiap pergumulan
dengan Marco, selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin
terikat oleh keperkasaannya. Saat menulis cerita ini pun beberapa kali
harus terhenti karena teringat kedahsyatan Marco!, dan aku jadi sangat
terangsang.

Terus terang, berbaring telanjang bulat dengan kedua kakiku terangkat
lebar keatas lalu membiarkan diriku digagahi oleh sesama lelaki yang
mensodomiku, sering membuat aku merasa rendah dan kehilangan kepercayaan
diri. Aku juga merasa terhina dan kotor, telah dinodai oleh muntahan
air mani sesama lelaki yang setiap kali ditanamkan kedalam rahim tubuhku.

Akan tetapi, nafsu betina yang terlanjur dibangunkan dari alam bawah
sadarku oleh keperkasaan Marco telah berhasil membuat aku kecanduan dan
menjadi sangat ketergantungan terhadap kejantanan sesama laki laki.

Aku jadi tak peduli!. Lubang duburku terlanjur rusak parah sampai jebol
akibat terlampau sering menerima entotan kontol sesama lelaki yang
berukuran raksasa sehingga secara fisik, tubuhku sudah tidak sempurna
lagi sebagai laki laki sejati!. Dan tubuhku sudah ternoda oleh air mani
Marco yang sebenarnya mengandung berjuta juta sel sperma yang merupakan
benih benih keturunan manusia dan kini mengalir bersama aliran darahku
selama lamanya.

Bukan hanya mensodomi aku, tapi Marco memperkenalkan aku pada berbagai
variasi seks yang agak janggal dan brutal, termasuk menyuruhku untuk
ngisep dan minum air maninya.

Akhirnya aku rela diajak kumpul kebo dan tinggal serumah dengan Marco
dan melakukan hubungan seperti sepasang suami istri setiap malam. Mas
Harjo sepenuhnya tahu hubunganku dengan Marco tapi dia sangat bijaksana
dan tak pernah membuka rahasia itu. Mas Harjo cuma mengingatkan aku
untuk menutup cupang yang hampir setiap pagi menghiasi leherku, bukti
keganasan Marco ditempat tidur.

Sejak hidup serumah dengan Marco, aku selalu berangkat dan pulang kantor
bersama. Kalau bepergian berdua, Marco tak risih berjalan sambil
merangkul bahuku. Sebagai pemuda yang baru berumur 25 tahun, Marco
terkadang mengajak aku bersantai di Cafe atau Disco dan tanpa sungkan
dia meraih aku merapat ke tubuhnya seolah olah ingin menunjukan pada
cowok cowok gay disitu bahwa aku sudah dia kuasai sebagai miliknya!.

Teman teman sekantor yang lain, tidak bisa menebak kenapa aku menjadi
begitu akrab dan dengan rekan kerja yang berumur jauh lebih muda. Mereka
cuma menduga bahwa kami jadi dekat karena sama sama "bujangan" yang ada
diperantauan..

Para tetanggaku juga tak ada yang curiga melihat aku tinggal serumah
dengan Marco. Mereka cuma mengira kami sekedar teman kerja yang tinggal
serumah untuk menghemat biaya kontrak rumah, padahal didalam kamar yang
terututup kami saling malampiaskan hasrat dan nafsu birahi bagai
sepasang kekasaih.

Istriku?. Dia tidak pernah tahu hubunganku dengan Marco. Dia tetap
menghasihi, menghormati dan melayani aku setiap aku pulang ke BANDUNG
sebagaimana sikap seorang istri pada suaminya. Istriku tak tahu bahwa
dikota tempatku bekerja, justru aku juga adalah seorang "istri" yang
berkewajiban melayani Marco sebagai suamiku.

Bahkan pernah juga Marco memaksa ikut pulang ke Bandung bersamaku. Waktu
pertama berkenalan, istriku sempat khawatir melihat wajah keras dan
sikap beringas Marco, tapi Marco amat menghormati istriku serta bercanda
akrab sambil nonton TV bertiga.

Tapi dasar anak muda, pernah juga pada suatu tengah malam setelah
istriku masuk kedalam kamar dan tidur pulas, Marco nekad menggiring aku
masuk kedalam kamar mandi, lalu mencopot celanaku dan langsung
menyutubuhiku sambil berdiri untuk melampiaskan nafsu birahinya yang
bergolak!.

Bahkan pernah siang hari saat rumah sedang kosong Marco menarik aku
masuk kedalam kamarnya, lalu dia menggarap tubuhku dan tiba tiba istriku
pulang dan terdengar memanggil dari luar, tepat pada waktu aku sedang
berbaring telanjang dibawah tindihan Marco!.

Aku pura pura menjawab sedang membantu memperbaiki TV padahal saat itu
Marco sedang mengangkat kedua kakiku keatas dan tepat ditengah
selangkanganku tertancap batang kejantanan berukuran dahsyat yang sedang
menggempur lubang anusku. Istriku percaya saja.

Ya istriku tak pernah curiga!,