Minggu, 15 November 2015

BUDAK NAFSU TUKANG BANGUNAN GAY

Sejak masa puber, saya sudah tahu kalau saya berbeda dengan para pria lainnya. Saya menyukai sesama lelaki. Tapi karena saya jarang keluar rumah, saya kurang berinteraksi dengan para pria di luar sana. Sebagai pelampiasan, saya sering masturbasi sambil melihat koleksi foto cowok bugil yang kudapat dari internet, hasil copian di warnet tiap minggu. Fantasi terbesarku adalah diperkosa oleh laki-laki jantan berbadan bagus. Saya tak pernah menyangka bahwa fantasiku akan terwujud sebentar lagi..

Pagi itu, saya sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalku untuk mencari angin pagi. Seperti biasa, sambil berjalan, kusapukan pandanganku mencari laki-laki ganteng untuk mencuci mata. Sesosok tubuh pria pribumi bertelanjang dada menangkap perhatianku. Tubuhnya terlihat sangat bagus dari belakang. Memang tidak sebagus tubuh binaragawan, namun tetap saja menggiurkan. Pokoknya cocoklah kalau dia memutuskan ingin menjadi model sampul majalah fitness pria. Warna kulitnya agak gelap, namun dengan tubuh seseksi itu, dia nampak semakin menarik. Otot-otot punggungnya terbentuk lumayan, nampaknya dia adalah seorang tukang bangunan atau semacamnya.

Sesekali, dia menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tanpa sengaja memberiku kesempatan untuk melihat wajahnya. Nampaknya dia tak terlalu tua, sekitar 30an. Tampangnya sangat jantan, tegas, dan "beringas". Tapi wajahnya lumayan menarik juga. Perlahan-lahan, batang kontolku mulai berdiri. Di dalam otakku yang mesum, kubayangkan nikmatnya diperkosa olehnya. Oohh.. Saya lalu memutuskan untuk berjalan tepat di belakangnya. Kapan lagi bisa ketemu lelaki menggiurkan seperti ini? Telanjang dada lagi

Setelah beberapa menit kuikuti, tiba-tiba dia berbelok arah dan masuk ke dalam sebuah gang kecil. Dengan tekad membara, kuikuti dia seperti seorang mata-mata. Gang itu sepi sekali. Tak ada satu pun orang di sana. Semakin kuikuti, saya menjadi semakin takut namun gairahku malah semakin tinngi. Kontolku telah basah oleh "precum" dan cairannya telah membasahi bagian depan celena pendekku yang tipis.

Tiba-tiba, pria itu berhenti. Otomatis, saya berhenti juga. Pada saat dia membalikkan tubuhnya dan memandangku, jantungku serasa ingin lepas. Saya takut sekali. Bagaimana jika dia sampai tahu bahwa saya mengikutinya. Namun pria itu hanya tesenyum. Senyuman itu nampaknya seperti senyuman seorang penjahat.

"Mau apa loe ngikutin gue?" Nada bicaranya terdengar agak tak ramah. Saya hanya terdiam saja. Saat saya tertunduk, kulihat benjolan basah besar di celanaku.
"Gawat, dia pasti melihatnya.. Aduh, bagaimana ini?", pikirku.

Pria itu mendekatiku. Entah kenapa, saya hanya berdiri terpaku di situ. Saya mulai gemetar ketakutan, namun ketakutanku hanya menambah gairahku. Dalam hatiku, saya berharap dia akan memperkosaku. Saya rela memberikan keperjakaanku padanya.

"Loe suka liat badan gue, yach?" tanyanya setelah mengamati benjolan di celanaku.

Tangan kanannya bergerak menyapu dada bidangnya. Dadanya yang agak gelap diremas-remas. Tak ayal lagi, putingnya mulai menegang menjadi sangat lancip. Gairahku menjadi tak terbendung lagi. Ingin rasanya saya memintanya untuk menyodomi pantatku, namun saya terlalu takut.

"Loe suka ini?" tanyanya lagi, kali ini agak terdengar menantang.

Dia berjalan semakin dekat.. Dekat.. Dan dekat, hingga akhirnya wajahku hampir menyentuh lehernya (Dia lebih tinggi dibanding diriku). Menundukkan kepalanya sedikit, dia berbisik..

"Pengen diperkosa nggak?"

Saya hanya terdiam. Air liurku rasanya susah sekali ditelan. Tangannya meraih turun dan memegang benjolanku dengan kasar.

"Kontol loe pasti bagus. Gue paling suka ama kontol yang nggak disunat.."

Setelah puas meraba-raba daerah terlarangku, dia meraih resleting celananya. Dengan sekali tarik, resleting itu terbuka dan kepala kontolnya menyembulkan diri untuk memberi salam. Namun saya menjadi semakin takut. Palkon (kepala kontol) pria itu begitu besar dan ukuran itu hanya ukuran sewaktu masih lemas. Bagaimana jika kontolnya terangsang? Saya mulai berpikir untuk menolak kesempatan ini. Saya memang ingin dingetotin, tapi bukan oleh kontol kuda. Saya bersiap-siap untuk kabur namun dia dapat membaca pikiranku. Sebelum saya sempat bertindak, kedua tangannya telah mencengkeram bahuku dengan sangat kuat.

Sambil menatap kedua mataku dalam-dalam, dia berkata..

"Loe nggak bakal ke mana-mana. Kalo loe berani kabur tau teriak, gue akan sumpah gue bakal ngabisi nyawa loe dengan kedua tangan ini.." Cengkeramannya dipererat untuk menegaskkan maksudnya.

Saya sungguh tak berdaya. Pada saat dia membawaku ke tempatnya, saya hanya dapat mengikutinya. Tak ada kesempatan untuk kabur karena dia tetap memegangi bahuku. Kontolnya masih bergoyang-goyang di luar resleting celananya, mengikuti irama jalannya. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah kumuh, tak jauh dari gang tempat dia menangkapku. Dari luar, rumah itu nampak tak terawat dan agak gelap.

Dengan kasar, dia mendorongku masuk. Pria itu ikut masuk, setelah mengunci pintu untuk memastikan saya tak dapat melarikan diri. Rumah itu memang kumuh sekali. Sinar matahari hampir tak dapat masuk. Suasana di dalam rumah kecil itu remang-remang. Lantainya terbuat dari semen halus, ruangannya hanya ada dua, penerangannya tak memadai, jendelanya hanya ada satu, hampir tak ada ventilasi, dan tak ada perabotan selain beberapa meja dan kursi kayu. Saya terhentak. Ruangan ini lebih tepat disebut sebagai ruang tahanan bawah tanah, tempat para tentara menyiksa musuh-mush mereka.. Apa yang akan dilakukan pria itu terhadapku, tanyaku dalam hati.

"Buka baju loe," perintahnya.
"Cepat!!" sambungnya, agak kasar dan tak sabaran.

Beberapa saat kemudian, saya berdiri tanpa sehelai benang pun di hadapan pria itu. Kontolku mengeras bak pelat baja. Kolam "precum" terbentuk di atas palkonku yang tertutup kulup. Pakaianku kutaruh di pojok ruangan itu. Pria itu melahap tubuhku dengan tatapan bernafsu. Kontolnya yang masih tergantung di luar mulai hidup. Pelan-pelan namun pasti, kontol itu memanjang, mengeras, dan membesar.

Tak lama kemudian, kontol itu telah mencapai ukuran maksimum. Panjangnya kira-kira 25 cm. Dan keliling batang kontolnya sekitar 15cm. Sungguh besar kontol yang dia miliki, seperti kontol kuda penjantan. Agar lebih nyaman, pria itu melepas celananya sehingga kini dia pun berdiri telanjang bulat. Tak ada rasa minder sedikit pun di wajahnya. Dia bangga dengan tubuhnya dan juga dengan kontolnya.

"Sini loe." Dengan kasar dan bernafsu, dia menarik tubuhku mendekat padanya.

Tanpa memberiku waktu untuk berpikir, dia melumat bibirku sambil merangkul tubuh telanjangku. Kontol kami saling beradu dan cairan kenikmatan membasahi tubuh kami. Untuk sesaat, rasa takutku menghilang. Pada saat saya sedang terbuai oleh kenikmatan sentuhannya, dengan sigap dia merantai tanganku dan menariknya sekuat mungkin. Tubuhku terangkat ke atas. Dia terus menarik sampai akhirnya kontolku berada tepat di depan mulutnya.

"Ini yang gue suka.. Kontol berkulup.. Mm.." Kontolku langsung disantap olehnya.

Dengan liar, dipermainkannya lidahnya. Saya hanya dapat meronta-ronta kenikmatan sambil mengerang-erang. Bagiku, ini sama sekali bukan pemerkosaan. Namun, saya kemudian menyesal telah berpikir demikian..

Saya hampir saja keluar, namun pria itu menghentikan aksinya, Nampaknya, dia cukup puas dengan "precum" yang kuhasilkan. Rantai yang mengikat kedua tanganku dilepaskannya. Saya langsung dibawa ke sebuah meja kayu dan ditelentangkan di sana. Kedua tangan dan kakiku diikat pada kaki-kaki meja. Khusus untuk kakiku, Supri mengikatnya sedemikian rupa sehingga kakiku ngangkang dan memperlihatkan lubang ngentot yang kumiliki. Ikatannya benar-benar kuat. Saya tak dapat bergerak! Telentang pasrah di sana menunggu nasib. Nasib seorang budak homo.

"Untuk apa tubuhku diikat seperti ini?" tanyaku, khawatir.
"Untuk dientotin.. Untuk apa lagi?" tawanya, bernada mengejek.
"Mulai saat ini, loe adalah budak sex gue. Budaknya Supri. Loe musti muasin nafsu seks gue, dan juga ngecret sebanyak yang loe bisa. Gue paling suka liat budak seks gue ngecret dan mengerang kesakitan akibat dientotin." Kali ini, saya benar-benar ketakutan. Pria yang bernama Supri ini nampaknya tidak main-main.

Supri berjalan mengelilingi meja sambil meraba-raba tubuhku. Sentuhannya hanya membuatku semakin gila dengan gairah. Dia lalu berhenti di depanku.

"Buka mulut loe, homo!" serunya.

Tanpa kubantah, langsung kubuka mulutku dengan senang hati. Kontol kuda itu lalu meluncur masuk. Rasanya besar sekali, mulutku serasa ingin pecah. Kepala kontolnya bergerak maju dan mendesak langit-langit mulutku. Cairan asin mengalir keluar dari lubang kontolnya dan masuk ke dalam mulutku. Rasanya nikmat sekali. Namun sebelum saya dapat menikmatinya, Supri menarik kontolnya mundur. Sesaat kemudian, kontol itu bergerak maju lagi, lalu munder, maju, mundur. Dan begitu seterusnya. Untuk mengimbangi kepalaku, Supri memegang kepalaku menyamping agar dia lebih leluasa memperkosa mulutku. Saya hanya dapat mengerang nikmat sambil sesekali tersedak dan hampir kehilangan napas.

"Yeah.. Hisap terus.. Aahh.. Homo emang paling tau nyenengin cowok.." katanya sambil tersengal-sengal.
"Uugghh.. Aahh.. Loe adalah budak homo gue.. Milik gue seorang.. Aahh.. Nikmat sekali.. Oohh yah.. Oohh.. Ahh.."

Erangan-erangan nikmatnya sebentar pelan, dan sebentar keras. Saya sendiri mulai suka diperlakukan seperti itu. Namun mendadak, Supri semakin panas. Erangan-erangannya semakin keras dan terdengar seperti sedang kesakitan.

"Aarrgghh.. Oohh.. Siap-siap, homo.. Pejuh gue mau keluar.. Aahh.. Oohh.. Telan ini..!! Aarrgghh..!! Oohh.."

Dan dengan itu, kontol Supri pun memuntahkan isinya. Crroott.. Crroot.. Croot.. Cairan putih kental dan hangat itu membanjiri mulutku. Dengan lahap, kutelan semuanya tanpa sisa. Oohh cairan kelaki-lakian Supri memang sangat lezat.. Nikmat sekali..

"Uugghh.. Aahh.. Oohh.." Kontol Supri menembakkan pejuhnya selama kurang lebih sepuluh kali, lalu berhenti.

Keringatnya menetes membasahi wajahku. Pria jantan itu lalu mengelus-ngelus wajahku seolah sedang berterima kasih. Saya tersenyum puas sambil memejamkan mataku. Tak dapat dipercaya kalau saya telah melakukan oral sex dengan pejantan itu. Kukira saya dapat beristirahat, namun tiba-tiba kurasakan tangan Supri menjalar ke pahaku. Sewaktu kubuka mataku, Supri telah berdiri di depan kontolku.

Dengan bernafsu, Supri membasahi jari-jarinya kemudian jari-jari basah itu dimain-mainkan di lubang anusku yang masih ketat. Ketika jari-jari itu menekan masuk ke dalam anus, rasanya agak nyeri dan sakit. Apalagi ketika Supri memutar-mutarnya. Katanya, dia perlu melonggarkan sedikit lubang pantatku sebab lubangku terlalu ketat. Lama-kelamaan terasa nyaman dan nikmat. Saya mulai terbuai..

"Aa!! Apa itu?!" teriakku.

Rasanya luar biasa sakit. Sesuatu yang jauh lebih besar tiba-tiba menghunjam masuk. Tersadar olehku kalau benda itu adalah kontol Supri. Ya, tidak salah lagi, pikirku. Benda itu besar dan panjang, hangat, agak basah di bagian ujungnya dan berdenyut-denyut.

"Aahh..!! Sakit.." erangku.
"Diam loe, homo! Loe adalah budak seks gue dan loe musti mau gue ngentot. Sebentar lagi, loe udah bukan perjaka lagi.." tawanya riang.
"Jarang sekali bisa perkosa cowok homo yang masih perjaka.. Aahh.. Nikmatnya.."

Supri menarik jari-jarinya keluar dan menusukkan kontolnya lebih dalam lagi. Saya mengerang semakin keras. Sakitnya bukan kepalang. Rasanya seperti hendak terbelah dua saja. Lubang pantatku menganga lebar, tersumbat oleh kontol kuda itu. Air mata mengalir dari mataku, saya telah diperkosa oleh Supri.

Pada saat itu, saya benar-benar menyesal telah meminta permohonan konyol macam itu, namun sudah terlambat untuk menyadarinya. Supri mulai menggenjot pantatku. Masuk, keluar, masuk keluar.. Seiring dengan irama genjotannya, saya menangis dan mngerang. Lubang duburku benar-benar panas dan perih. Saya berusaha untuk berontak namun tali itu mengikatku terlalu kuat.

"Aagghh!!" teriakku lagi.
"Ampun, Bang.. Aacchh.. Sakit.. Ampun, Bang.." tangisku.
"Aacchh!!" Namun tangisku tak dihiraukannya. Malah Supri menjadi semakin beringas dan liar.
"Oohh.. Lubang loe ketat sekali.. Aahh.. Lebih ketat dibanding memek.. Uugghh.. Mimpi apa gue semalam.. Aahh.. Bisa dapatin homo kayak loe.. Aahh.." sahutnya di sela-sela aktivitas ngentotnya.

Saya terkejut ketika menyadari bahwa saya menikmati rasa sakitku. Rasa sakit akibat diperkosa Supri itu terasa sangat nikmat. Gesekan kontolnya dengan dinding dalam duburku mengirim sinyal-sinyal nikmat ke otak mesumku. Perlahan namun pasti, saya terhanyut dalam irama ngentotnya.

Supri nampaknya mahir sekali dalam urusan ngetot-mengentot. Dia bisa melakukannya dalam ebrbagai versi. Pertama dia bisa melakukannya dengan sangat lambat. Menusukkan kontolnya sampai masuk dalam sekali lalu dicabut seluruhnya. Kemudian, kontolnya itu dihujamkan lagi tanpa ampun dan kemudian ditarik lagi. Begitu eterusnya dan semuanya dilakukan dalam tempo lambat. Sungguh sakit, menyiksa, namun nikmat bagiku. Kedua, Surpi bisa mengentotiku dengan sangat cepat seperti laju kereta api express. Saking cepatnya, tubuhku terguncang-guncang dan lubangku terasa mulai berdarah. Ketiga, Surpi dapat memutar-mutarkan kontolnya di dalam anusku. Aahh.. Nikmatnya..

"Aahh.. Homo.. Oohh.. Ngentot.. Aarrghh..!! Nikmatnya.. Aahh.." erang Supri.

Sekujur tubuhnya bsah dengan keringat. Rambutnya pun basah. Keringatnya jatuh membasahi tubuhku yang juga mulai berkeringat. Sisa pejuhnya yang tadi dia keluarkan sedikit terlumur di badanku.

"Lagi, Bang.. Lagi.." mintaku, terengah-engah.
"Wow, lihat ini.. Budak homoku akhirnya menunjukkan kulit aslinya.. Aahh.. Gue tau.. Loe pasti suka.. Oohh.. Dientotin ama kontol gue.. Ngentot! Arrghh.."

Supri kemudian memegang kontolku yang telah banjir dengan "precum"-ku dan mulai mengocoknya. Kontolnya masih terus memompa tubuhku.

"Ngecret, ngecret, ngecret.." ulangnya berkali-kali, seperti mantra.
"Oohh!!"

Saya tidak kuat lagi. Saya harus ngecret. Saya harus mengeluarkan pejuhku.. Pejuh seorang homo..

"Aarrgghh..!! Oohh!! Aahh!! Uughh!! Oohh!!"

Saya terus mengerang-erang seperti orang kesetanan. Tubuhku menggelepar-gelepar seperti tersengat listrik, tersengat orgasme hebat. Mengalami orgasme hebat sambil terikat di meja dengan sebuah kontol super di dalam pantat rasanya NIKMAT sekali!! Aarrgghh..!! Pada saat yang sama, Supri pun berorgasme.

Begitu saya ngecret, lubang duburku menutup secara refleks dan mencekik kontol Supri. Kontan saja, kontol itu pun menyerah dan memuntahkan laharnya untuk yang kedua kalinya Crot!! Crot!! Crot!! "aarrgghh!!" Dengan jeritan yang keras sekali, seperti lolongan serigala yang terluka, Supri pun ngecret. Badannya mengejang-ngejang dengan dahsyat. Pejuhnya, seperti air bah, membanjiri lubang ngentotku. Aahh.. Hangat.. Tubuh kami berdua dikuasai oleh setan orgasme dan setan nafsu seks. Saya baru pertama kali itu mengalami orgasme yang sedemikian hebat.

Akhirnya orgasme itupun usai. Supri menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku. Pejuh yang kusemprotkan menodai perutku dan perutnya. Rasanya enak sekali ditimpa oleh pria segagah Supri. Afterplay kami diisi dengan tidur-tiduran seperti itu selama beberapa menit. Setelah Supri berhasil mengumpulkan tenaganya kembali, dia bangun dan menciumiku dengan mesra. Kontolnya telah melemas di dalam anusku dan tergelincir keluar dengan sendirinya. Pejuhnya yang bersarang di dalam anusku juga ikut mengalir keluar seperti tetesan air keran. Supri pun berkata..

"Mulai saat ini, loe adalah budak gue. Kapan pun gue panggil, loe musti datang. Kalo nggak, gue bakal beberin semuanya ke orang se-RT biar semua tau loe homo."
"Loe musti bersedia nyedot kontol gue, minum pejuh gue, dingentotin gue, dan juga ngelakuin apapun yang gue suruh. Ngerti?", lanjutnya lagi. Saya hanya mengangguk lemah.
"Loe adalah homo gue. Hak milik Supri. Gak boleh ada cowok lain yang ngentotin loe, kecuali gue yang suruh. Mengerti?"
"Ya, Bang," sahutku lemah.

Dan dimulailah hari-hariku bersama Supri. Setiap hari, saya dingentot habis-habisan oleh Supri. Tak jarang Supri mengundang teman-temannya sesama tukang bangunan untuk menghajar pantat homoku dna memuaskan nafsuku akan kontol. Dan saya bahagia untuk dapat menjadi budak seorang tukang bangunan macho seperti Supri.

E N D

ML DENGAN POLISI 2

Jam 5 pagi aku terbangun karena merasa sesak hendak kencing alias pipis.
Kulihat dia tidur lelap menyamping menghadap aku. Selimut yang kami
pakai agak melorot sampai sebatas lutut. Sarung yang dia kenakan juga
melorot sedikit lebih dalam. Saat aku duduk, aku memperhatikan wajahnya
yang lelap dalam dengkurannya. Karena masih mendengkur, aku menyempatkan
melotot selangkangannya. Ternyata dia ngaceng, dengan posisi menyamping,
searah ban celana dalamnya. Besar juga ukurannya. Tetapi masih seimbang
dengan badannya yang mulai gendut, walau gak gendut-gendut amat. Ada
sampai 4 menit aku menikmati pemandangan itu. Namun karena air burungku
sudah amat sesak akupun turun dan melangkah ke kamar mandi sambil
memperbaiki posisi celana pendekku, dan juga kontolku yang ngaceng
melihat pemandangan tadi.

Sehabis pipis, sebelum naik tidur kembali, aku menambahkan kayu ke
perapian yang masih sedikit membara. Kutuang sedikit minyak agar
langsung menyala. Di samping api yang sudah menyala kujerangkan ceret
tempat air tehku yang terbuat dari stainless steel. Hanya sekedar
memanaskan karena itu adalah air minum yang sudah dingin.

Aku kembali menuju tempat tidur. Yang pertama sekali kuperhatikan tetap
selangkangannya. Namun aku heran posisi kontolnya yang mengarah sesuai
ban celana dalamnya tadi, sekarang suadah tegak lurus mengarah ke
pusarnya. Kepala kontolnya yang tak bersunat, menyembul keluar melewati
lingkar kepala jamurnya. Dan posisi tidurnyapun sudah terlentang, namun
selimutnya masih sebatas lutut. Karena dia tidak mendengkur lagi, aku
cepat-cepat mengalihkan pandanganku dan perhatianku. Aku kembali
merebahkan badan dan kutarik selimut dan memperbaiki selimut buat dia.
Tanganku kuletakkan di atas perut.

Mungkin karena pengaruh kuselimuti tadi, diapun bergerak kembali
menyamping mengarah ke badanku. Aku diam saja. Aku mulai memejamkan mata
kembali walau aku tau pasti aku takkan bisa tidur lagi. Dalam pikiranku
aku teringat adegan film Brokeback Mountain. Dalam hati juga aku
tersenyum sendiri andainya itu terjadi oleh kami. Belum habis aku
memengahayalkan film tersebut, tangannya bergerak menangkap setengah
jari telunjukku. Dalam hati aku berpikir apa sih maksudnya? Sekejap itu
juga aku ad aide. Kudorong jari telunjukku ke arah genggamannya. Dan dia
semakin mempererat genggamannya. Kutarik sedikit dia melepas. Kudorong
kembali dia kembali menggenggam erat. Kuyakini itu adalah sebuah kode
atau sinyal atau lampu hijau. Serta merta kuputar badanku mengarah
kepadanya. Dia kupeluk erat dan ternyata diabalasnya dengan pelukan erat
pula. Lalu aku tak segan-segan menempelkan mulutku ke mulutnya yang
dibalasnya dengan kuat. Aku menghindari spasi antara mulutnya dengan
mulutku agar tidak terlalu jauh. Agar aroma nafas naga tidak tercium.
Dia malah lebih melumat lidahku. Dan lidah serta bibirku saling
bergantian lumat melumat.

Tanpa bicara apa-apa, dia menarik badanku dengan pelukannya ke atasnya.
Kini aku telah berada di atas perut dia, tanganku mulai menjelajah dalam
kaus polisinya. Dan tangan kananku kerhasil menangkap putting susunya
dan langsung kupilin dengan lembut. Sementara tangan kiriku menjelajah
dengan susah payah di bagian punggungnya. Kedua tangannya dalam
pelukannya yang makin erat, mengelus dan menggosok punggungku dalam
kausku. Sangat nikmat sekali. Pantatku kutekan sambil kugesek-gesekkan.
Terasa sekali kedua kontol kami sudah maksimal kerasnya.

Oleh pilinan jariku di putting susunya, dia bergerak hebat dan melenguh
dalam permainan mulut kami. Napas mualai memburu di antara kami. Tangan
kirikupun bergerak lebih leluasa mempererat pelukannku. Setelah puas
kedua putingnya kupermainkan, tangan kananku mulai menjalar ke bagian
bawah meraba ke dalam celana dalamnya. Wow kugenggam kontolnya yang
sudah mengeras seperti pentungan. Lumayan besar untuk genggamanku.
Ukurannya sama dengan punyaku.

Tangannyapun tak kalah. Dia memasukkan kedam celanaku, bagian belakang.
Dia meremas bongkahan pantatku. Aku merasa nikmat. Jari tangan kananku
menjepit ban celana dalamnya dan kudorong ke bawah. Diapun tau dan
mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya terbebas dari pantatnya.
Diapun bertindak yang sama ke celanaku. Celana pendekku dan celana
dalamku di dorongnya sekaligus.

Namun aku melepaskan mulutku dari mulutnya. Dan melorot dalam
pelukannya. Mulutku menjelajahi jakunnya. Dia mengangkat dagunya
tinggi-tinggi, sehingga aku bebas menjilatinya. Namun karena hasratku
akan kontolnya, aku segera menarik kausnya ke atas agar mulutku mendarat
di putingnya.

"Ahhhhhh…. Hmmmmpph…..hmphhhh" dia melenguh dan mengangkat badannya
seakan menggeliat, saat aku menggigit kedua putingnya bergantian.
Tangannya di kepalaku. Aku kemudian melorotkan badanku lagi. Dan kukecup
bagian atas jembutnya. Dan tangan kiriku menggengam kontolnya dan
kupilin-pilin ke pipiku dengan telapak tanganku. Tangan kananku masih
memilin putting susunya. Dan sesekali kuusap dada dan perutnya saat
jariku hendak berpindah ke putting yang lain. Aku melorotkan celananya
lagi hingg lepas dari kakinya. Aku meremas-remas pahanya. Kemudian aku
memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Kupaksa sebisa mungkin untuk
mengulumnya.

"Ahhh…ahhhhh sshshshshsh….. ahhhhh" dia merasakan enaknya kulumanku.
Kulihat dia menggigit bibir bawahnya menahan nikmat yang kuberikan. Aku
sediri sambil berjongkok melepaskan kedua celanaku karena mersa olah
gerakku terganggu. Setelah puas mengulum kontolnya, aku kembali merayap
mengejar mulutnya, yang disambutnya dengan lahap. Dan kembali kami
berpelukan sangat erat.

Dalam pelukan erat itu, dia meutar badan kami sehingga aku berada di
bawah. Setelah bebarapa saat, dia melorot seperti yang kulakukan tadi.
Tapi kali ini aku menarik kausnya ke atas dan diapun merentangkan
tanggannya keatas. Terbebaslah kausnya. Kini dia sudah telanjang bulat.
aku semakin gairah melihat dia bugil begitu.

Selama permainan ini kami tidak pernah kontak mata. Sekalipun aku
beberapa kali melihat wajahnya. Tetapi dia selalu menutup mata. Yang ada
hanya bibir yang komat kamit menikmat.

Dia menarik kausku kini yang kuimbangi dengan mengangkat badanku. Dia
melepaskan kausku dan mencampakkanya ke pinggir tempat tidur. Dia
langsung menuju kontolku dan mengulumnya. Memaju mundurkan kepalanya.
Aku imbangi dengan mengangkat pantatku. Oh betapa nikmatnya kulumannya.

Beberapa saat kemudian aku menarik wajahnya menuju wajahku dan
berciuman. Kembali permainan mulut dan lidah kami mainkan. Sambil
berciuman, kontol dengan kontol juga selalu gesek menggesek, tekan
menekan. Kemudian kuputar badan kami agar aku kembali di atas. Selama
itu pula mulut tak pernah lepas. Kemudian dia melingkarkan kakinya di
pahaku bagian belakang. Dia semakin mempererat pelukannya. Dan gesekan
yang dia berikan di kontolnya semakin intens. Aku tau dia sudah dekat.
Aku mengimbanginya dengan lumatan dan gesekan yang makin kuperketat.

Kemudian dia mengangkat pantatnya setinggi mungkin dan gesekan ku
perkuat. Seiring dengan lenguhannya di mulutku, aku merasakan lahar
panas membasahi pusar dan kontolku. CROT…..CROT…..CROT.CROOTTTTTTTTT.
Dan terkahir dia menurunkan pantatnya. Dan kuluman bibirnyapun melemah.
Namun aku masih kuat mengesekkan kontolku ke kontolnya. Aku melepaskan
kulumanku dari mulutnya dan kubenamkan wajahku ke telinganya. Aku
merasakan getaran yang dalam di tubuhku. Aku tahu aku sudah dekat,
kubenamkan wajahku sedalm mungkin dan pelukanku kupererat. Seakn dia
tahu, diapun mengimbanginya. Dan kemudian menyemburlah laharku diatas
perutnya. CROT………CROT……..CROT.CROT…CROTTTTTTTT…

Aku berhenti sejenak di atas tubuhnya. Pelukan kami sudah melemah.

Kemudian aku medaratkan mulutku kemulunya dan disambutnya. Kemudian aku
mengangkat wajahku barulah dia membuka matanya. Dia tersenyum, akupun
tersenyum. Kembali kulumat bibirnya sebentar dan kutarik kembali. Dia
masih tersenyum

"Terima kasih ya! " katanya, yang langsung kusambut dengan menempel jari
telunjukku ke bibirnya. Kemudian aku menjatuhkan badan dan mengambil
kausku tadi. Kemudian aku melap sperma yang sudah meluas di perut kami.

Setelah itu aku turun dan mengambil celanaku dan langsung kukenakan.
Kubiarkan dia masih di tempat tidur. Aku menoleh ke dia dan aku
tersenyum, diapun tersenyum. Aku melangkah ke perapian, mengambil ceret
dan membawanya untuk membuatkan kopi.

Senin, 14 September 2015

Disogok satpam

Siang itu aku pergi ke kantor PLN untuk mencari data-data laporan
praktek kerjaku. Sampai di sana kulihat kantor sudah sepi. Cuma ada
seorang Satpam yang duduk di kantornya. Karena sebelumnya aku sudah
sering ke situ, dengan tenang aku melangkah masuk ke pintu gedung. Tapi
"Hei, mau ke mana kamu ?" Satpam itu tiba-tiba menegurku.
"Mau ke ruang Pemasaran, Pak "jawabku sambil menghentikan langkah.
Satpam itu melangkah mendekat. Ia tidak terlalu tua. Mungkin sekitar
30-an. Badannya bagus, tinggi dan tegap. Rambutnya model Akabri.
Wajahnya cakep tapi kelihatan tidak ramah.
"Kantornya sudah tutup "katanya dingin.
"Tapi saya sudah janji ketemu sama Pak Sutopo di sana, Pak "kilahku.
"Pak Toponya sudah pulang dari tadi "jawabnya, "sudahlah, lain kali saja
..."
"Tapi ini penting sekali "kataku ngotot.
"Apanya yang penting ? Lebih penting mana dengan tugas saya menjaga
kantor ini ? Kalau sampai ada apa-apa yang hilang, apa kamu juga
menganggap itu penting ? Sudah, pergi sana ... "usirnya.
Aku menjadi naik darah mendengarnya.
"Huh, jadi Satpam aja sok "gerutuku, "tak-emut kuwi ..."
Sebenarnya aku reflek mengucapkan kata-kata itu. "Tak-emut kuwi' yang
dalam bahasa Jakarta mungkin diucapkan 'Kuemut sekalian, dah ...' sering
diucapkan teman-temanku untuk menggoda salah seorang rekan yang
kebetulan rambutnya plontos alias tidak ada rambutnya. Maksudnya 'kuemut
sekalian ubun-ubunmu itu'. Tapi aku lupa yang kuhadapi sekarang bukan
temanku, tapi Satpam cakep yang galak ini. Diam-diam aku berharap dia
tidak mendengar kata-kataku barusan. Tapi harapanku meleset.

"Apa katamu ? "tanyanya keras, "coba ulangi ... "

Aku agak keder juga mendengar suaranya.

"Ayo,ulangi ... "

"Tak-emut kuwi ... "ulangku pelan.

Dia mencengkeram lenganku.

"Berani kamu, ya. Tau rasa kamu kalau taksuruh ngemut betulan ... "

Aku diam saja.

"He, mau kamu taksuruh ngemut punyaku ?"bentaknya.

Aku tetap diam.

Tiba-tiba dia menyeretku ke dalam gedung.

"Sini kamu "katanya sambil terus menyeretku, "kamu harus diberi
pelajaran ... "

Dia membawaku ke ruangan kosong di belakang. Sampai disitu aku didorong
jatuh ke lantai.

"Duduk dan ikuti perintahku "katanya.

Aku duduk bersandar dinding. Satpam itu kulihat melolosi ikat
pinggangnya. Lalu membuka ritsleting celana birunya yang ketat. Sekejap
celana dalam putihnya kelihatan.

Selangkah demi selangkah ia mendekatiku. Sekarang selangkangannya persis
di depan wajahku.

"Sekarang, buka ! "perintah Satpam itu.

Dengan gemetar aku meraih segitiga itu. Mengusap tonjolannya sebentar,
kemudian dengan perlahan menurunkan karet celana dalam itu.

O, My God ! Satpam itu mempunyai kontol yang bagus dan 'segar'. Pertama
kelihatan ujungnya yang berwarna merah tua keunguan. Bekas sunatannya
tampak mulus, seolah-olah dia dilahirkan sudah dalam keadaan tersunat.
Lubang kontolnya sempit. Sempat kubuka lubang itu dan kulihat lorong
yang basah di dalamnya. Batas antara kepala kontol dengan batangnya
tampak jelas berupa tepian melengkung yang bagus. Kuturunkan lagi celana
itu. Batang kontolnya penuh dengan urat-urat kontol. Kantung pelirnya
bergantung kencang. Rambutnya ... ia mempunyai rambut-rambut halus dari
bawah pusar, terus melebat ke bawah dan menyemak di sekitar kontolnya,
ke samping kanan dan kiri terus ke belakang sampai pantat. Rambutnya
keriting dan panjang-panjang. Rambut tubuhnya juga lebat di sekitar paha
dan kakinya.

"Sekarang kau emut itu ! "perintah yang punya kontol ,tetap dengan nada
dingin dan keras.

Aku mulai dengan menjilat-jilat kantung pelirnya, sesekali mengulum
'telur'nya. Sementara tanganku mengusap-usap batang kontolnya terutama
di perbatasan dengan kepalanya. Terasa kontolitu makin lama makin
mengeras. Kunikmati bau dan rasa selangkangan Satpam itu dengan sepenuh
hati.

Terus kulanjutkan dengan menjilat menyusur batang kontolnya terus makin
ke atas. Akhirnya kulingkari kepala kontol itu dengan lidahku untuk
kemudian mulai kumasukkan ke mulutku.

Reaksi pertama dari Satpam itu adalah terdengar dengusan nafasnya, tapi
mulutnya tidak bersuara sedikit pun.

Kumasukkan kepala kontol itu dalam-dalam. Bibirku sampai menyentuh
pangkalnya. Kumainkan langit-langit mulut dan lidahku untuk menggelitiki
batang kontol di dalam mulutku habis-habisan, membuat wajahnya kulihat
memerah kepuasan. Dadanya turun naik. Terengah-engah. Tapi ia masih saja
tak bersuara.

Setelah itu aku mulai menggerakkan mulutku maju mundur,membuat kontol
itu keluar masuk lubang mulutku. Suara kecipak kontol dengan mulut
terdengar di ruangan itu. Tanganku memegang kedua belah pantatnya. Cukup
lama kegiatan itu berlangsung sampai kusadari badannya ternyata tidak
pasif,namun ikut bergerak maju mundur. Bahkan kemudian gantian aku yang
kecapekan membiarkan kontolnya yang aktif bergerak maju mundur keluar
masuk lubang mulutku.

Karena kontolnya cukup panjang, setiap ia menyorongkan
kontolnya,kepalaku agak mundur ke belakang untuk menghindari kontolnya
supaya tidak masuk terlalu dalam. Selain itu agar aku bisa mengambil
nafas dengan enak. Rupanya ia tidak menyukai hal ini.

Tiba-tiba saja ia memegang kepalaku lalu mendorong kepalaku menempel
tembok. Selangkangannya digeser tepat di depan wajahku, sehingga
kepalaku sekarang terhimpit di antara selangkangan dan tembok di
belakangku. Kepalaku tidak bisa berkutik lagi.

Akhirnya Satpam itu bisa dengan puas menyatroni lubang mulutku. Tiap
kali ujung kontol itu masuk, ia menekannya dalam-dalam hingga aku sampai
hampir keselak. Bahkan gerakan kepalaku ke samping pun ia halangi dengan
memegang kedua sisi kepalaku erat-erat. Mulutku akhirnya pasrah menerima
sepak terjang kontolnya.

Makin lama gerakannya makin liar. Kulihat wajahnya sudah memerah padam
dan giginya menggigit bibir bawahnya. Dadanya dan pahanya membasah oleh
keringat. Terdengar bunyi nafasnya yang memburu.

Akhirnya detik-detik puncak pun tiba. Pertama pegangan di kepalaku
terasa makin erat, nyaris meremas rambutku. Kemudian terdengar keluhan
dan erangan yang tidak jelas dari mulutnya. Sementara itu gerakannya
semakin cepat dan liar. Di mulutku kontol itu terasa besar dan hangat.

Suatu saat kulihat matanya memejam lalu mulutnya yang sedari tadi tak
bersuara mulai mengeluarkan erangannya yang keras.

"Oooogggggghhhhhhhhh ............. "

Lalu terasa di mulutku cairan laki-lakinya yang hangat, mula-mula
menetes sedikit, berikutnya terasa semprotannya keras mengenai bagian
belakang mulut. Pada saat orgasme ini gerakannya tidak terkendali.
Sekitar sepuluh detik kemudian kukeluarkan kontol itu dari mulutku yang
sudah penuh cairannya. Pada saat di tanganku kontol itu masih berdenyut
dan menyemprotkan cairan putih kental ke mukaku. Kutuntaskan
kenikmatannya dengan mengocok kontolnya memakai tanganku.

Orgasmenya masih berlangsung beberapa detik kemudian, ditandai dengan
keluarnya air maninya meskipun tidak lagi tersemprot hebat. Sampai
akhirnya tetes-tetes cairan itu habis dan ia menarik nafas panjang kepuasan.

Kuseka sisa air main di ujung kontolnya dan di mukaku. Ketika kulihat
wajahnya saat ia berpakaian kembali,kuharap ada seberkas senyum
diberikan kepadaku. Tapi sia-sia. Ia masih memasang wajah dingin dan
garang seperti tadi.

Akhirnya setelah selesai berpakaian, ia menarikku keluar.

"Sudah, pulang sana. Lain kali saja ke sininya ... "usirnya.

Aku terpaksa mengalah. Nggak apa-apa deh, tugas ketunda. Yang penting
hari ini aku bisa ngerasain kontol seorang Satpam yang biar galak tapi
cakep!